Analisaaceh.com, Banda Aceh | Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) dan Indonesia Representative of China Datang Corporation (CDTI) berencana akan membangun proyek Pembangkit Listrik Tenaga Fotovoltaik/Surya (PLTS) berkapasitas 50 MW di lahan kampus Unsyiah yaitu Ladong, Aceh Besar.
Kesepakatan tersebut ditandai dengan penandatanganan MoU oleh Rektor Unsyiah Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal, M.Eng dan General Manager CDTI Liu Zhao Hong secara daring dari Ruang Mini Rektor Unsyiah, Banda Aceh, Jum’at (27/11/2020).
Rektor menjelaskan, saat ini Unsyiah sedang mengembangkan kampus baru di Aceh Besar dengan lahan seluas 1.600 Ha. Di mana salah satu strategi pengembangan kampus tersebut adalah dengan konsep green development.
Oleh karena itu, kata Rektor, kesepakatan kerja sama ini adalah untuk merealisasikan rencana tersebut. Mengingat kebutuhan energi ke depan terutama energi listrik untuk keperluan kampus dan masyarakat sangat besar.
“Karena Unsyiah berprinsip untuk mengembangkan energi yang ramah lingkungan dan energi terbarukan. Dengan lahan yang luas, maka memungkinkan untuk pengembangan pembangkit listrik tenaga surya/fotovoltaik ini,” ucap Rektor.
Kerja sama ini juga terkait erat dengan rencana Unsyiah untuk menjadi Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTNBH). Dengan status tersebut, maka Unsyiah harus mempersiapkan institusinya untuk mendapatkan pemasukan tambahan dalam upaya pengembangan kampus.
“PLTS ini akan menjadi salah satu sumber pemasukan bagi Unsyiah jika nantinya dikerjakakan dengan PLN,” ucap Rektor.
Selain itu, PLTS ini juga berfungsi sebagai tempat riset para dosen dan mahasiswa untuk mengembangkan energi tenaga surya ke depan khususnya di Provinsi Aceh. Lokasi proyek PLTS ini, ungkap Rektor, juga akan menjadi tempat magang bagi mahasiswa Unsyiah maupun mahasiswa lain di luar Unsyiah.
Rektor menilai, keberadaan PLTS ini pada prinsipnya bukan hanya untuk Unsyiah tapi turut bermanfaat bagi masyarakat. Dengan kapasitas yang lumayan besar, PLTS ini diharapkan mampu membantu masyarakat sekitar kampus untuk mendapatkan layanan sumber daya listrik.
Menurut Rektor, keberadaan PLTS ini juga mampu menjadi pemicu lahirnya topik-topik turunan untuk penelitian lain lebih lanjut. Seperti aspek engineering, ekonomi dan sosial budaya.
“Semoga juga menjadi pemicu untuk pengembangan proyek-proyek yang berhubungan dengan renewable energi, baik di Unsyiah, provinsi Aceh maupun di Indonesia secara keseluruhan,” ucap Rektor.
Sementara itu Liu Zhao Hong mengatakan, dalam kerja sama ini Unsyiah dan CDTI akan bertanggung jawab bersama untuk melakukan investigasi di lokasi dan studi kelayakan proyek.
“China Datang Technology bertanggung jawab untuk menganalis fotovoltaik dan mengusulkan pemilihan lokasi proyek. Sedangkan Unsyiah bertanggung jawab untuk membantu dan menentukan bersama tempat untuk menjalankan proyek fotovoltaik,” ujarnya.