Upaya Dinkes Pidie Tingkatkan Cakupan Imunisasi Rutin di Mutiara Barat

Imunisasi rutin lengkap terhadap anak oleh petugas kesehatan di Kabupaten Pidie. Foto (dok. Dinkes Pidie).

Analisaaceh.com, Sigli | Imunisasi pada anak-anak adalah langkah penting yang diambil oleh pemerintah melalui Kementerian Kesehatan dan Dinas Kesehatan Provinsi Aceh untuk mencegah peningkatan kasus penyakit tertentu yang berisiko bagi bayi.

Imunisasi berfungsi sebagai cara efektif untuk mencegah penyakit menular atau PD3I dengan memberikan vaksin, sehingga tubuh anak-anak dan bayi memiliki perlindungan terhadap penyakit-penyakit tersebut.

Penting bagi orang tua untuk memberikan imunisasi pada bayi, mengingat sistem kekebalan tubuh mereka yang masih lemah, sehingga memerlukan perlindungan dari berbagai infeksi menular. Imunisasi memiliki peran krusial dalam mencegah penyakit berbahaya yang dapat mengancam kesehatan buah hati.

Manfaat imunisasi tidak hanya mengurangi risiko penyakit, tetapi juga mencegah kecacatan dan kematian yang diakibatkan oleh infeksi. Dalam hal ini, imunisasi menjadi barisan terdepan dalam melindungi anak-anak dari berbagai penyakit berbahaya.

Oleh karena itu, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Pidie terus berupaya menerapkan berbagai langkah strategis guna meningkatkan cakupan imunisasi dasar lengkap di Kecamatan Mutiara Barat, yang saat ini masih tergolong rendah.

Beberapa langkah utama yang dilakukan mencakup peningkatan cakupan imunisasi, penguatan sistem surveilans, edukasi dan komunikasi kepada publik, serta penguatan kapasitas tenaga kesehatan.

Plt Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie, dr. Dwi Wijaya mengatakan, untuk cakupan imunisasi dasar lengkap (IDL) di Kecamatan Mutiara Barat pada Triwulan II 2024 hanya terdapat 5 anak atau 5,8 persen dan terhadap penerimaan vaksinasi DPT-HB-Hib hanya 1 anak dan campak/MR2 5 anak, serta capaian imunisasi baru (PCV, RV) juga baru 17 anak.

“Melalui berbagai kebijakan dan program, pemerintah daerah berusaha untuk menjangkau seluruh lapisan masyarakat yang tersebar di 23 kecamatan dan 730 gampong yang ada di Kabupaten Pidie. Seperti keluarga yang tinggal di daerah yang jauh dari fasilitas kesehatan, sehingga sulit bagi mereka untuk mengakses vaksinasi,” kata dr Dwi Wijaya saat diwawancarai oleh tim Analisaaceh.com pada 18 September 2024 lalu.

Kata dr. Dwi, Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie juga memperkuat sistem surveilans, yakni proses pengamatan, pengumpulan, serta pencatatan data secara sistematis terkait kasus-kasus PD3I di berbagai wilayah di Kabupaten Pidie.

Langkah ini dilakukan dengan tujuan untuk memastikan setiap kejadian dicatat dan diolah secara tepat, guna memutuskan langkah-langkah penanggulangan yang efektif. Data yang dikumpulkan kemudian dianalisis dan diinterpretasikan untuk menentukan tindakan yang perlu diambil selanjutnya.

“Surveilans merupakan hal penting dalam memantau penyebaran PD3I. Selain itu, kami juga melakukan diseminasi informasi agar masyarakat lebih memahami pentingnya imunisasi dalam mencegah penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin,” ujar dr. Dwi Wijaya.

Menurutnya, dalam proses ini, tim surveilans juga melakukan identifikasi kasus, menentukan strategi pencegahan, melaksanakan program penanggulangan, serta mengevaluasi efektivitas dari kebijakan yang telah diterapkan. Hal ini memungkinkan pemerintah daerah untuk menilai sejauh mana program imunisasi dan upaya penanggulangan berjalan secara efektif.

Dari sisi koordinasi, Dinas Kesehatan Provinsi Aceh dan Kementerian Kesehatan juga turut mendukung upaya penguatan sistem kesehatan di tingkat kabupaten. Dinkes Pidie bekerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan, seperti petugas surveilans, dokter anak, serta perhimpunan rumah sakit di daerah untuk memperkuat pemantauan terhadap PD3I.

Langkah-langkah seperti pengkajian data di rumah sakit, penjangkauan ke klinik-klinik swasta, serta koordinasi dengan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) cabang daerah juga menjadi bagian dari strategi pemantauan.

Selain meningkatkan cakupan imunisasi dan memperkuat surveilans, Dinkes Pidie juga menjalankan strategi edukasi dan komunikasi publik. Strategi ini berfokus pada peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya imunisasi bagi anak-anak yang akan menjadi penerus bangsa.

Menurut dr. Dwi Wijaya, dengan edukasi yang benar dan sistematis, diharapkan masyarakat dapat memahami bahwa imunisasi adalah langkah pencegahan yang aman dan efektif.

Namun, tantangan terbesar dalam program imunisasi ini masih ada di lapangan. Dr. Dwi mengungkapkan bahwa masih banyak masyarakat yang memiliki persepsi negatif terhadap imunisasi. Beredarnya informasi yang salah atau rumor mengenai vaksinasi membuat sebagian orang takut untuk memberikan imunisasi kepada anak-anak mereka.

“Banyak rumor yang tidak benar beredar di masyarakat, menimbulkan kekhawatiran yang tidak beralasan mengenai keamanan imunisasi. Oleh karena itu, kami terus berusaha memberikan edukasi yang benar kepada masyarakat, agar mereka merasa yakin bahwa imunisasi adalah solusi terbaik untuk mencegah penyakit,” tegasnya.

Dr. Dwi juga menambahkan bahwa imunisasi tidak hanya penting untuk anak-anak, tetapi juga untuk orang dewasa. Sayangnya, masih banyak masyarakat yang belum menyadari pentingnya imunisasi bagi diri mereka sendiri.

Oleh karena itu, Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie terus mensosialisasikan program imunisasi kepada masyarakat secara lebih luas, termasuk jenis-jenis imunisasi yang diperlukan oleh masyarakat dewasa.

Dalam konteks ini, edukasi yang melibatkan petugas kesehatan di lapangan menjadi sangat penting. Penguatan kapasitas petugas imunisasi menjadi salah satu strategi utama Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie untuk meningkatkan cakupan imunisasi dan menurunkan jumlah kasus PD3I. Melalui pelatihan berkelanjutan, petugas kesehatan dibekali dengan pemahaman yang lebih mendalam mengenai program imunisasi dan teknik monitoring yang efektif.

Menurut dr. Dwi Wijaya, pelatihan tersebut tidak hanya mencakup penguasaan teknis terkait vaksinasi, tetapi juga meliputi manajemen vaksin, pengelolaan data monitoring, serta keterampilan dalam menganalisis data guna mengidentifikasi permasalahan dan menentukan strategi perbaikan yang tepat.

“Pelatihan ini juga mencakup manajemen vaksin untuk memastikan kualitas vaksin tetap terjaga baik di puskesmas maupun fasilitas kesehatan lainnya,” jelasnya.

Selain itu, petugas kesehatan juga harus memiliki keterampilan komunikasi yang baik untuk menjelaskan pentingnya imunisasi kepada masyarakat. Mereka juga dilatih dalam hal manajemen stok vaksin dan cara melaporkan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) dengan cepat dan tepat.

“Kualitas pelayanan imunisasi harus terus diperkuat, baik dari sisi sumber daya manusia, logistik, maupun anggaran, agar para petugas kesehatan mampu mengelola program dengan optimal,” terang dr. Dwi Wijaya. (Adv)

Komentar
Artikulli paraprakKKP Hentikan Operasional Kapal Keruk Pasir di Bengkulu
Artikulli tjetërDinkes Pidie Tingkatkan Cakupan Imunisasi PD3I di Padang Tiji