Analisaaceh.com, Banda Aceh | Gizi buruk atau kurangnya asupan gizi dari seorang remaja putri kemudian menjadi seorang ibu hamil yang kurang gizi akan berdampak pada anak yang dilahirkan, yakni gangguan tumbuh kembang anak atau stunting.
Terdapat empat kelompok yang rentan terkena stunting yakni remaja putri, ibu hamil, ibu menyusui dan balita. Keempat kelompok ini saling berkaitan, dengan pola awal yang berasal dari remaja putri kemudian ibu hamil dan ibu menyusui sehingga berakibat pada anak yang dilahirkannya.
Kabid Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Aceh dr. Sulasmi, MSHM mengatakan bahwa apabila ibu hamil yang kurang gizi berkelanjutan namun tidak diberikan asupan yang cukup akan menyebabkan kurangnya gizi kronis dalam jangka panjan.
“Sehingga berakibat kelainan fisik dan gangguan sel otak dari anaknya sehingga anak tersebut timbul gejala sulit berkonsentrasi dan gangguan kesehatan lainnya,” ujarnya, Kamis (10/11/2022).
Kurang gizi ini berbagai macam faktornya, mulai dari pola asuh, makanan yang kurang sehat, makanan yang tidak teratur dari seorang ibu hamil sehingga menyebabkan stunting pada balitanya.
“Jadi awalnya itu dari ibu hamilnya, jika ingin anaknya sehat harus dilakukan intervensi kepada ibu hamil sebelum bayinya dilahirkan,” jelas Sulasmi.
Selain gizi yang buruk, infeksi yang berulang juga salah satu penyebab terjadinya stunting pada anak dimana masyarakat atau keluarga tidak menerapkan pola hidup bersih pada keluarganya.
“Kita himbau untuk hidup sehat dan rajin melakukan pengecekan terhadap perkembangan anak, karena umumnya anak anak stunting itu badannya lebih pendek dari anak umumnya, jangan menyepelekan karena ini juga akan menjadi beban negara nantinya,” jelasnya.
Menurut World Health Organization (WHO), stunting merupakan kondisi tubuh pendek atau sangat pendek berdasarkan panjang atau tinggi badan menurut usia yang kurang dari -2 standar deviasi (SD). Hal ini terjadi dikarenakan kondisi irreversibel akibat asupan nutrisi yang tidak adekuat atau infeksi berulang dan kronis yang terjadi dalam 1000 HPK.
Sementara itu Dirjen Kesehatan Masyarakat dr. Maria Endang Sumiwi, MPH menyebutkan, dari data stunting pada saat lahir itu, bayi sudah 23 persen dalam kondisi stunted, panjang badan di bawah 48 persen.
Kemudian 77 persen atau hampir 80 persen terjadi sesudah lahir, pada pasca kelahiran sehingga ada dua intervensi yaitu intervensi sebelum kelahiran dan intervensi sesudah kelahiran.
“Maka intervensi pada remaja putri karena sebelum kelahiran bayi, harus diperbaiki kondisi gizinya, bahkan sejak remaja. Karena nanti pada saat remaja perilaku untuk asupan gizi yang baik akan terbawa sampai dengan nanti menjadi dewasa lalu memasuki masa kehamilan,” ujarnya.