Analisaaceh.com, Lhokseumawe | Mursyidah telah divonis tiga bulan tahanan dan dengan masa percobaan selama enam bulan atas dakwaan pengrusakan pangkalan elpiji oleh Pengadilan Negeri (PN) Lhokseumawe. Sementara persidangan berlangsung, di luar gedung pengadilan, puluhan mahasiswa terus menggelar aksi damai dan orasi secara bergantian, Selasa (5/11/2019) kemarin.
Namun kemudian muncul berita yang terkesan tendensius di salah satu media online lokal yang memuat terjadinya pengusiran oleh mahasiswa terhadap senator Aceh karena terkesan cari panggung dalam aksi mahasiswa di depan PN Lhokseumawe.
Terkait hal tersebut, anggota DPD RI asal Aceh, H. Sudirman atau akrab disapa Haji Uma kepada media menyatakan bahwa itu adalah berita hoaks yang sengaja disetting pihak tertentu dengan motivasi dan tujuan bermuatan politis di dalamnya.
Ia menyayangkan jika perkara terkait Mursyidah digiring ke ranah politis yang bahkan cenderung mendiskreditkan individu tertentu. Karena advokasi atas kasus Mursyidah sejatinya adalah upaya kolektif dari semua pihak yang bergerak bersama dan vonis pengadilan adalah kemenangan bersama.
Haji Uma menjelaskan bahwa kepulangannya ke Aceh atas permintaan staf ahlinya dan juga permintaan sejumlah masyarakat secara langsung kepada dirinya untuk ikut membantu pada saat kasus Kak Mursyidah mulai merebak.
“Saya menemui Kak Mursyidah di rumahnya, bertemu tokoh masyarakat sekitar untuk inventarisasi masalah, bersilaturrahmi dengan Kepala PN Lhokseumawe hingga hadir pada sidang kemarin. Semua itu adalah bagian dari komitmen saya untuk ikut membantu yang saya sampaikan pada Kak Mursyidah dan disaksikan masyarakat. Dalam hal ini, tidak ada tujuan sama sekali untuk mencari panggung”, kata Haji Uma, Rabu (6/11/2019).
Selain itu, Haji Uma juga mengatakan bahwa pertemuannya dengan Kepala PN Lhokseumawe bukan upaya intervensi hukum. Namun hanya bersilaturrahmi dan memberikan pandangannya terkait kasus Kak Mursyidah berdasarkan hasil penelusurannya dengan bertemu masyarakat sekitar lokasi kejadian. Tujuannya agar apapun vonis pengadilan diharapkan memenuhi prinsip keadilan.
Sementara kehadiran dirinya di pengadilan saat sidang kemarin adalah memenuhi komitmennya kepada Kak Mursyidah untuk mendampingi beliau hingga akhir proses. Dirinya juga tidak pernah meminta panggung orasi kepada para mahasiswa yang ikut mengawal sidang dengan menggelar aksi diluar PN Lhokseumawe seperti diberitakan.
“Jika merujuk judul berita dari media online tersebut bahwa saya diusir dari aksi mahasiswa itu hoaks. Saya tidak pernah minta panggung orasi kepada mahasiswa, jadi secara logika apa dasarnya saya diusir”, ujar Haji Uma.
Haji Uma menceritakan, saat hadir di pengadilan bersama stafnya, setelah sempat bersalaman dengan beberapa wartawan di pintu pagar, dirinya langsung memasuki ruang sidang sambil menunggu kehadiran Mursyidah. Jadi dirinya tidak ada kaitannya dengan aksi mahasiswa di luar gedung PN Lhokseumawe. Karena upaya advokasi bersifat kolektif dengan pendekatan berbeda namun untuk tujuan yang sama.
Paska terbitnya berita yang dimaksud, Haji Uma telah berkomunikasi dengan Fadli, kordinator aksi mahasiswa dan menanyakan apakah dirinya pernah meminta panggung di aksi mahasiswa, dan dijawab tidak oleh Fadli yang saat itu menjadi Korlap. Bahkan dari pengakuan Fadli yang dikutip Haji Uma, dirinya tidak pernah melarang dan Haji Uma juga tidak memintanya.
Karena itu, Haji Uma merasa heran dengan berita yang beredar dan atas dasar apa serta apa juga motifnya. Lantas siapa yang mengeluarkan statement karena koordinator aksi mahasiswa sendiri dalam klarifikasinya kepada Haji Uma telah membantah.
Haji Uma sendiri sejatinya mengakui memiliki kesimpulan karena hal serupa juga pernah dialaminya pada kasus advokasi mahasiswa Unimal di waktu lalu. Di mana juga adanya upaya untuk mendiskreditkan dirinya melalui strategi pembangunan opini publik oleh pihak tertentu dengan memanfaatkan mahasiswa. Terkait hal itu, Haji Uma pun mengakui tau betul siapa yang bermain dibaliknya.
Di balik persoalan itu, Haji Uma berharap agar persatuan dan kolektifitas sesama haruslah dibangun secara solid untuk membangun Aceh ke depan. Di akhir pernyataannya, Haji Uma juga berharap agar mahasiswa sebagai kaum intelektual mesti menolak segala upaya pendomplengan oleh berbagai kepentingan politis.