Dinkes Sebut Rumoh Gizi Gampong Erat Kaitan Dengan Stunting

Foto : Kominfo Kota Banda Aceh

Analisaaceh.com, Banda Aceh | Rumah Gizi Gampong merupakan upaya edukasi tentang gizi yang juga menjadi salah satu upaya pencegahan dan penanganan stunting melalui model intervensi implementasi di Gampong.

“Manfaat rumah gizi Gampong ini yang berupaya memberikan edukasi tentang gizi bagi seluruh masyarakat Gampong tersebut sehingga menjalani salah satu langkah untuk pencegahan dan penanganan stunting,” ujar Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan (Dinkes) Aceh, dr Sulasmi, MHSM, (11/11).

Menurut Data dari Kementrian Kesehatan masalah kekurangan gizi khususnya pada ibu hamil dan balita masih cukup tinggi di Indonesia, berdasarkan Riskesdas tahun 2013 diketahui bahwa prevalensi balita kurus sebesar 12,1 persen dan balita stunting 37,2 persen sedangkan prevalensi ibu hamil risiko Kurang Energi Kronis (KEK) sebesar 24,2 persen.

Hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) tahun 2017 juga menunjukkan bahwa prevalensi stunting pada balita sebesar 29,6 persen dan balita kurus sebanyak 9,5 persen, jadi gangguan tumbuh kembang pada bayi dan anak usia di bawah dua tahun (baduta) perlu mendapat perhatian serius, karena usia di bawah dua tahun merupakan masa yang amat penting sekaligus masa kritis dalam proses tumbuh kembang anak baik fisik maupun kecerdasan.

Selain itu ibu hamil yang kekurangan gizi atau dengan kondisi kurang energi kronis juga akan berdampak pada pertumbuhan dan kesehatan janin dalam kandungan dan bayi yang akan dilahirkannya.

“Dengan hadirnya RGG ini diharapakan dapat membantu, memantau dan mengedukasi masyarakat akan pentingnya gizi bagi tumbuh kembang anak sehingga akan melahirkan generasi yang baik dan tercegah dari stunting,” ujarnya.

Kabid Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Aceh dr. Sulasmi, MSHM (Foto: Analisaaceh.com/Yuna)

Oleh sebab itu Dinas Kesehatan (Dinkes) Aceh mendorong seluruh gampong di Provinsi Aceh memiliki Rumah Gizi Gampong (RGG). Hal tersebut diharapkan dapat memenuhi kebutuhan gizi kepada masyarakat dan menurunkan angka stunting.

“Apabila program itu berjalan secara maksimal, maka akan berdampak baik bagi perkembangan generasi Aceh untuk kedepannya, terutama dalam pencegahan stunting pada anak,” sebutnya.

dr. Sulasmi, MSHM mengatakan, berdasarkan data prevalensi balita stunted yang diukur dengan tinggi badan menurut umur di kabupaten/kota hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) Tahun 2021, bahwa daerah yang paling tinggi stunting yaitu Kabupaten Gayo Lues di angka 42,9 persen.

Kemudian disusul Kota Subulussalam 41,8 persen, Kabupaten Bener Meriah 40 persen dan Pidie 39.3 persen.

“Total keseluruhan data stunting di Aceh itu diangka 33,2 persen, ini berdasarkan data SSGI 2021. Seperti kita tau stunting ini bukan penyakit melainkan kekurangan gizi kronis dan infeksi yang berulang yang dapat kita cegah salah satunya dengan imunisasi,” ujar Sulasmi.

Editor : Nafrizal
Rubrik : KESEHATAN
Komentar
Artikulli paraprakRumoh Gizi Gampong dan Posyandu Sebagai Garda Pencegahan Stunting
Artikulli tjetërDinkes Imbau Agar Masyarakat Berperan Aktif di RGG Untuk Cegah Stunting