“Katung Belimbing, seolah menjawab iya dan bergerak mendekati pang jaba, dan meneteskan air mata rindunya.”
Pang Jaba, Yakin bahwa kura-kura ini adalah penyu yang waktu dulu diselamatkan. Seketika perasaannya yang sedih dan rindu berubah jadi senang dan terhibur, ternyata kura-kura ini datang untuk menemuinya. Dia segera memeluk kura-kura dan megajaknya pulang.
Sikatung belimbing membawa teman pasangannya bergerak dengan mendayungkan keempat kakinya, menempuh pasir kembali ke daratan, menuju rumah pang jaba.
suara sang fajar kembali bergema, suara kokok sang jago, kicauan nyanyian burung dan deburan ombak seolah memberi petanda mentari akan segera terbit. Membangunkan pang Jaba dari tidur, pang Jaba memulai aktifitas Kembali kepantai.
“Pang Jaba, katung belimbing aku kepantai melihat para nelayan.”
“Katung Belimbing, mengikuti pang Jaba kepantai dan kembali kelautan.”
Hari berganti hari, hingga suatu pagi dirumah Pang Jaba, penuh dengan anak penyu yang menetas diatas pasir lantai rumahnya.
“Pang Jaba, rupanya kau menitipkan anak-anakmu untuk aku pelihara, sikatung belimbing.”
Dengan wajah bahagia.
“Pang Jaba, baiklah aku akan memelihara anak-anakmu, hingga mereka bisa dilepas untuk bertarung diluasnya samudra Hindia.”
“Pang Jaba, tersenyum menatap kearah lautan diatas deburan ombak pagi yang indah, berharap sikatung belimbing sahabatnya akan kembali pulang kerumahnya.”
“Pang Jaba, menceritakan kisah si penyu katung belimbing, kepada nelayan yang selalu kembali kepantai bertelur agar manusia menjaganya.”
“Pang Jaba, jika para nelayan dalam menangkap ikan terjaring penyu, untuk melepaskannya. Karena penyu sahabatku, jika kalian menyadari bahwa mereka juga memiliki naluri kesetiaan sejati.”
“Maka dari itu, melepaskannya di alam bebas itu sama artinya dengan menolongnya, juga menolong diri sendiri.”
“Petuah Pang Jaba, janji suci dibumi, janji suci di hati. Jika mereka kembali jangan kau sakiti, karena mereka menepati janji, janji suci dibumi sebagai sahabat sejati.”
Salam lestari!” teriak Pang Jaba disambut sorak-sorai bangga para nelayan.
Penulis : Andri, S. ST
Terinspirasi oleh Mus Leuser dari pantai Aceh Selatan (daerah Penangkaran Penyu Leuser Rantau Sialang)
Editor : Armielda Rayya