Analisaaceh.com, Banda Aceh | Di antara ribuan jemaah haji asal Aceh tahun ini, ada satu sosok yang mengundang kekaguman.
Namanya Hendon, seorang perempuan berusia 97 tahun dari Gampong Kayee Kunyet, Blang Bintang, Aceh Besar. Di usianya yang nyaris seabad, Hendon tetap tegar, bahkan tidak memerlukan kacamata untuk membaca.
Lebih dari itu, ia berangkat haji bukan karena warisan, bukan pula karena sumbangan, tapi dari hasil bertani dan ketekunan seorang ibu membesarkan 10 anak.
“Saya hanya petani,” kata Hendon dengan suara lirih namun mantap. “Tapi sekarang sudah tidak dibolehkan anak ke sawah,” paparnya saat diwawancarai di kamarnya usai pelepasan Jemaah kloter 11, di Aula Jeddah Asrama Haji, Rabu (28/5/2025).
Hendon pernah menjalani hidup sederhana sebagai petani, menggarap sawah sendiri dan bekerja di ladang orang dengan upah Rp 30 ribu per hari.
Dari sanalah ia menyekolahkan anak-anak, menyimpan sedikit demi sedikit, dan menabung untuk impian yang besar berhaji.
Impian itu mulai tumbuh setelah ia menunaikan umrah pada tahun 2017. Setahun kemudian, ia menjual emas simpanannya untuk mendaftar haji.
Dengan bantuan anak-anaknya, terutama si bungsu Andri Fitriani (41) yang kini mendampinginya, Hendon berhasil mengumpulkan cukup biaya.
“Setelah anak besar, merekalah yang membantu saya,” ujarnya sambil tersenyum.
Kini, setelah menunggu enam tahun, Hendon menjadi bagian dari Kloter 11 jemaah haji asal Aceh. Bersama dua lansia lain yang juga berusia hampir sama, Hendon menempati kamar 101 Gedung Muzdalifah di Asrama Haji Embarkasi Aceh.
Ketiganya dilepas dengan haru dan doa oleh Kakanwil Kemenag Aceh, Azhari, yang juga berpesan agar mereka menjaga kesehatan dan fokus ibadah.
“Jangan dulu ikut-ikut yang muda keluar hotel. Ibu-ibu di hotel saja dulu. Nanti habis puncak haji baru boleh umrah sunnah dan belanja oleh-oleh,” kata Azhari dengan bahasa Aceh yang hangat.