Analisaaceh.com, Banda Aceh | Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Syiah Kuala (USK), Rahmat Fahlevi berhasil menyelesaikan sebuah buku berjudul “Kampus Undercover”.
Buku tersebut memuat beberapa kritik terhadap dunia kampus dan mahasiswa era kini yang menurutnya tidak lagi berjalan pada garis idealismenya.
Rahmat mengatakan, mahasiswa sering kali ditunggangi oleh politisi saat melakukan demonstrasi sehingga kehilangan virtue sebagai jiwa pergerakan, sering kali terdapat kecurangan dalam kegiatan pemilihan raya (Pemira) di kampus.
“Contoh lain seperti adanya fundamentalisme agama, agitasi politik kampus dengan menggunakan simbol agama, infiltrasi radikalisme, korupsi dalam tubuh organisasi mahasiswa, distorsi organisasi mahasiswa, dan berbagai hal lain terkait kehidupan kampus dan mahasiswa,” kata Rahmat, Jum’at (23/4/2021).
Buku tersebut, kata Rahmat, hadir sebagai jawaban atas berbagai problematika kampus. Kampus Undercover mengurai benang kusut yang ada sehingga diharapkan bagi para mahasiswa yang mengemban jabatan di kampus dapat menjadikannya sebagai problem solving dari setiap masalah.
“Buku ini juga menjelaskan bahwa dunia kampus adalah simulasi terbaik sebelum menuju dunia perpolitikan nyata yang mana kampus sebagai step pertama untuk mengevaluasi moralitas mahasiswa dalam berpolitik dan mengayomi sesama mahasiswa,”
Salah satu poin penting dalam buku yang terdiri dari sembilan bab itu diantaranya terkait lembaga mahasiswa yang ketiadaan lembaga yudikatif sebagai pelengkap trias politika dan lembaga pengawas dalam ranah mahasiswa.
“Mahkamah mahasiswa sangatlah diperlukan, selain untuk memberi keputusan terkait anomali yang terjadi dalam Pemira juga memberi sanksi bagi mahasiswa yang melakukan disorientasi dalam berorganisasi berupa korupsi,” imbuhnya.
Selain itu, tambah Rahmad, di beberapa bab buku ini juga mengutip referensi dari magnum opusnya Ibnu Khaldun yaitu Muqaddimah untuk menjelaskan bagaimana komparasi etos Mahasiswa sekarang dengan teori siklus Asyhabiyah dan kehidupan masyarakat hadrah dan badawah pada saat itu.
Penulis beranggapan, etos mahasiswa di era sekarang ini sama halnya seperti masyarakat Hadrah (menetap) yaitu masyarakat yang hidup dengan peradaban menetap seperti kerajaan dan kekhilafahan yang terlena dengan kemegahan sehingga menurunkan etos kerja masyarakatnya.
“Lain halnya dengan badawah atau badui yaitu masyarakat yang tidak menetap melainkan nomaden atau berpindah-pindah yang dimana mereka memiliki etos kerja yang kuat, kemampuan menjaga diri yang baik, mempunyai potensi masing-masing sehingga tidak menggantungkan hidup kepada orang lain,” tandasnya.
Analisaaceh.com, Blangpidie | Rapat Paripurna Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) Aceh Barat Daya (Abdya) pada…
Analisaaceh.com, Banda Aceh | Sebanyak lima ruko tempat usaha di Gampong Lambheu, Simpang Lampu Merah…
Analisaaceh.com, Tapaktuan | Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) dari Fraksi Partai Aceh (PA), T.…
Analisaaceh.com, Lhokseumawe | Komisi Independen Pemilihan (KIP) Lhokseumawe sukses menyelenggarakan debat kedua calon Wali Kota…
Analisaaceh.com, Lhokseumawe | Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Provinsi Aceh bekerja sama dengan Development for…
Analisaaceh.com, Banda Aceh | Panitia Pengawasan Pemilihan Aceh (Panwaslih) Aceh memetakan potensi Tempat Pemungutan Suara…
Komentar