Museum Balee Juang, Ikon Sejarah Perjuangan Rakyat Langsa

Museum Balee Juang Kota Langsa. Foto : analisaaceh.com

Analisaaceh.com | Kota Langsa menyimpan banyak kisah perjuangan yang tak terlupakan, salah satunya adalah Museum Balee Juang. Monumen bersejarah ini berdiri sebagai saksi bisu perjuangan rakyat Langsa dalam merebut kemerdekaan dari penjajah.

Terletak di pusat Kota Langsa, di pertemuan lampu merah Jalan Ahmad Yani, Museum ini menjadi ikon sejarah yang memikat banyak wisatawan, terutama mereka yang ingin menyelami lebih dalam jejak-jejak masa lalu.

Dibangun pada era kolonial Belanda sekitar tahun 1920, Museum Balee Juang awalnya difungsikan sebagai kantor perusahaan perkebunan dan markas pemerintahan Belanda. Museum yang sebelumnya dikenal dengan nama Het Kantoorgebouw Der Atjehsche Handel-Maatschappij Te Langsar ini sempat beralih tangan saat Jepang mengambil alih Asia selama Perang Dunia II.

Setelah merdeka, Museum ini sempat menjadi kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Aceh Timur sebelum akhirnya disulap menjadi museum pada tahun 2019 oleh Wali Kota Langsa, Usman Abdullah, SE.

Dalam perjalanannya yang panjang, Museum Balee Juang tidak hanya menjadi saksi sejarah, tetapi juga menjadi simbol perlawanan rakyat Langsa terhadap penjajah.

Kini, Museum ini diakui sebagai salah satu situs cagar budaya yang resmi terdaftar oleh pemerintah, sehingga semakin banyak wisatawan, baik lokal maupun mancanegara, yang tertarik untuk mengunjungi dan mempelajari sejarah di balik bangunan tua ini.

Daya tarik Museum Balee Juang tidak hanya terletak pada sejarahnya, tetapi juga pada arsitektur khas Eropa yang masih terjaga. Meski sudah berusia lebih dari 100 tahun, bangunan ini tetap menampilkan kemegahan aslinya.

Renovasi yang dilakukan pada tahun 2021 berhasil menjaga keaslian detail arsitektur, mulai dari pintu besar berjeruji besi hingga jendela-jendela lebar yang memberikan nuansa kolonial yang kental.

Pilar-pilar megah dan tangga kayu menuju lantai dua menjadi bagian yang paling mencuri perhatian. Tangga tersebut masih berdiri kokoh, seakan menolak perubahan yang dibawa oleh waktu. Keunikan ini menjadi salah satu alasan mengapa Museum Balee Juang dianggap sebagai salah satu bangunan bersejarah paling menarik di Langsa.

Pada tahun 2019, Museum Balee Juang diresmikan sebagai Museum Kota Langsa. Museum ini kini menampung berbagai koleksi berharga yang menjadi saksi bisu perjalanan sejarah Aceh.

Salah satu koleksi yang paling menarik perhatian adalah naskah Al-Qur’an kuno yang telah berusia ratusan tahun, menggambarkan kuatnya tradisi Islam di wilayah ini. Selain itu, pengunjung juga bisa menemukan uang Bon Kontan, alat tukar yang digunakan pada masa lampau, serta keramik kuno seperti piring Saladon yang memiliki nilai seni tinggi.

Tak hanya benda-benda bersejarah dari masa penjajahan, museum ini juga menampilkan senjata-senjata peninggalan Belanda dan Jepang, yang menunjukkan betapa gigihnya perjuangan rakyat Aceh dalam melawan penjajah.

Koleksi lain seperti perhiasan tradisional, alat upacara adat, hingga alat-alat tradisional yang digunakan masyarakat Aceh dalam kehidupan sehari-hari turut dipamerkan, memberikan gambaran tentang kehidupan di masa lalu.

Salah satu bagian yang paling menarik dari Museum Balee Juang adalah keberadaan lorong bawah tanah yang kini telah ditutup rapat. Menurut cerita, lorong ini dibangun oleh Jepang sebagai tempat persembunyian selama perang. Lorong ini dipercaya menghubungkan beberapa titik di Kota Langsa, meskipun belum ada penelitian yang memastikan kebenaran cerita ini.

Bagi masyarakat Langsa, lorong tersebut menjadi bagian dari legenda yang mewarnai sejarah kota ini. Banyak yang percaya bahwa lorong ini menyimpan banyak misteri yang belum terungkap, menambah daya tarik bangunan bersejarah ini.

Museum Balee Juang Kota Langsa. Foto : analisaaceh.com

Bagi pengunjung yang datang, Museum Balee Juang tidak hanya menawarkan pelajaran sejarah, tetapi juga pengalaman emosional yang mendalam. Salah satu pengunjung, Saifullah (30), mengungkapkan rasa takjubnya saat pertama kali memasuki Museum ini.

“Setiap sudut Museum ini seolah menceritakan perjuangan rakyat Langsa dalam melawan penjajah. Rasanya bukan hanya belajar sejarah, tetapi juga merasakan semangat para pahlawan yang dulu berjuang di sini,” ujarnya.

Bagi Saifullah, koleksi benda-benda bersejarah yang ada di dalam Museum ini, mulai dari senjata hingga artefak lainnya, memberikan gambaran nyata tentang masa lalu.

“Kisah perjuangan yang melekat di Museum ini benar-benar membuka wawasan dan menambah rasa hormat saya terhadap sejarah Langsa,” tuturnya.

Museum Balee Juang bukan sekadar bangunan tua dengan arsitektur indah. Ia adalah simbol perjuangan rakyat Langsa yang abadi, tempat di mana sejarah, seni, dan budaya bersatu.

Bagi siapa saja yang berkunjung, Museum ini memberikan pelajaran penting tentang betapa gigihnya perjuangan para pendahulu dalam mempertahankan kemerdekaan.

Dengan segala kisah dan artefak yang tersimpan di dalamnya, Museum Balee Juang tetap menjadi memori perjuangan yang tak terlupakan, dan akan terus dikenang sebagai simbol kebanggaan bagi masyarakat Langsa dan Aceh. (Adv) – Yuna

Komentar
Artikulli paraprakUpaya Dinas Kesehatan Pidie Tingkatkan Cakupan Imunisasi Pada Wilayah Administrasi Kecamatan Pidie
Artikulli tjetërEkowisata Desa Cinta Raja, Harmoni Alam dan Masyarakat