Saat Remaja Menderita Anemia, Ibu Hamil Berisiko Lahirkan Anak Stunting

ilustrasi

Analisaaceh.com, Banda Aceh | Perkembangan saat remaja sangat menentukan kualitas seseorang untuk menjadi individu dewasa. Masalah gizi yang terjadi pada masa remaja akan meningkatkan kerentanan terhadap penyakit di usia dewasa serta berisiko melahirkan generasi yang bermasalah gizi.

Ada 3 dari 10 remaja mengalami anemia, tentu ini akan berpengaruh kepada masalah kesehatan yang selanjutnya, menyebabkan timbulnya masalah kesehatan seperti penyakit tidak menular, produktivitas dan prestasi menurun, termasuk masalah kesuburan.

Remaja putri yang menderita anemia berisiko menjadi wanita usia subur yang anemia selanjutnya menjadi ibu hamil anemia, bahkan juga mengalami kurang energi protein. Ini meningkatkan kemungkinan melahirkan bayi berat badan lahir rendah (BBLR) dan stunting, komplikasi saat melahirkan serta beberapa risiko terkait kehamilan lainnya.

Anamia pada remaja puteri disebabkan gaya hidup yang kurang sehat. Merujuk pada data Riskesdas tahun 2018, sekitar 65% remaja tidak sarapan, 97% kurang mengonsumsi sayur dan buah, kurang aktivitas fisik serta konsumsi Gula, Garam dan Lemak (GGL) berlebihan.

Penyebab lain remaja puteri menderita anemia dikarenakan 2 hal yakni rendahnya asupan zat gizi dan meningkatnya pengeluaran zat gizi. Namun, di Indonesia sendiri, sebagian besar disebabkan oleh kurangnya zat besi.

Rata-rata makanan penduduk Indonesia mengandung zat gizi besi lebih rendah dari yang dibutuhkan untuk membentuk Hb. Untuk itu, asupan gizi seimbang sangat penting, karena tidak cukup hanya karbon saja, tidak cukup protein hewani dan nabati, buah atau sayur saja, tetapi harus semua karena berbagai macam zat gizi adanya di berbagai macam makanan, sehingga kalau mau melengkapi kebutuhan semua zat besi maka pola makannya harus seimbang.

Untuk mencegahnya, Kementerian Kesehatan melakukan intervensi spesifik dengan pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) pada remaja puteri dan ibu hamil. Selain itu, Kemenkes juga melakukan penanggulangan anemia melalui edukasi dan promosi gizi seimbang, fortifikasi zat besi pada bahan makanan serta penerapan hidup bersih dan sehat.

Kasie Kesga dan Gizi Dinas Kesehatan Aceh, dr. Dara Juliana, M.Kes, saat mewakili Kadinkes Aceh dr. Hanif, mengajak masyarakat untuk meningkatkan budaya hidup bersih dan sehat serta meninggalkan perilaku-perilaku atau kebiasaan-kebiasaan yang kurang sehat di masyarakat.

“Kita juga menggelar aksi bergizi yang diyakini menjadi salah satu upaya strategis dalam kepatuhan mengkonsumsi tablet tambah darah pada remaja putri yang juga melakukan merupakan salah satu indikator intervensi gizi spesifik dalam rangka penurunan stunting di Aceh,” jelasnya.

Pemerintah secara nasional mencanangkan Gerakan Nasional Aksi Bergizi serentak untuk memecahkan rekor MURI pada (Rabu, 26/10).

“Gerakan Nasional Aksi Bergizi serentak merupakan kegiatan yang dilaksanakan untuk meningkatkan kesadaran siswa-siswi dalam membiasakan konsumsi Tablet Tambah Darah, konsumsi gizi seimbang, dan aktifitas fisik bagi anak sekolah,” pungkasnya.

Editor : Nafrizal
Rubrik : KESEHATAN
Komentar
Artikulli paraprakRGG Diharapkan Dapat Penuhi Gizi Masyarakat, Terutama Pencegahan Stunting
Artikulli tjetërPerilaku Hidup Bersih dan Sehat, Faktor Penting Cegah Stunting Pada Balita