Categories: ADVERTORIALArtikel

Upaya Dinkes Pidie Atasi Rendahnya Imunisasi di Kecamatan Keumala

Analisaaceh.com, Sigli | Imunisasi adalah langkah preventif yang sangat penting dalam melindungi anak-anak dari berbagai penyakit menular berbahaya dan penyakit berbahaya tersebut dapat di cegah dengan imunisasi (PD3I).

Beberapa penyakit yang termasuk dalam PD3I adalah polio, difteri, campak, rubella (Measles Rubella/MR), dan penyakit-penyakit lainnya yang bisa menyebabkan komplikasi serius jika tidak dicegah sejak dini. Melalui imunisasi, anak-anak dapat membentuk kekebalan tubuh sehingga terlindungi dari penyakit-penyakit ini.

Namun, data yang dirilis pada triwulan kedua tahun 2024 menunjukkan bahwa cakupan imunisasi di Kecamatan Keumala, Kabupaten Pidie, masih sangat rendah. Berdasarkan data yang tersedia, hanya satu anak yang tercatat telah menerima imunisasi dasar lengkap (IDL) dari Januari hingga Juni 2024.

Berdasarkan data yang dirangkum, cakupan IDL di Kecamatan Keumala Kabupaten jauh lebih rendah dibandingkan dengan kecamatan lain seperti Kembang Tanjong, Geumpang, dan Delima.

Kecamatan dengan capaian tertinggi di Kabupaten Pidie adalah Kota Sigli, dengan 36 anak yang telah menerima imunisasi dasar lengkap, menunjukkan adanya perbedaan signifikan dalam akses dan partisipasi masyarakat terhadap program imunisasi di berbagai kecamatan.

Cakupan imunisasi DPT-HB-Hib di Kecamatan Keumala sangat rendah, sampai bulan September ini belum ada anak yang terimunisasi . Sebagai perbandingan, misalnya Kecamatan Padang Tiji mencatat angka tertinggi dengan 21 anak.

Selain imunisasi rutin, capaian untuk antigen baru seperti vaksin pneumococcal conjugate vaccine (PCV) yang melindungi dari pneumonia dan rotavirus vaccine (RV) yang melindungi dari diare akibat rotavirus juga sangat rendah di Kecamatan Keumala.

Pada tahun 2024, tidak ada anak di Keumala yang mendapatkan vaksin PCV 1 atau RV 1. Kondisi ini menjadikan Kecamatan Keumala sebagai salah satu wilayah dengan partisipasi imunisasi terendah di Kabupaten Pidie, bersama beberapa kecamatan lainnya seperti Muara Tiga, Mila, dan Ujong Rimba.

Sebagai perbandingan, Puskesmas Kota Sigli mencatat capaian tertinggi untuk imunisasi antigen baru dengan 26 anak yang mendapatkan PCV 1 dan 46 anak yang menerima RV 1. Ini menunjukkan adanya ketimpangan yang signifikan dalam cakupan imunisasi antara berbagai kecamatan di Kabupaten Pidie.

Upaya Pemerintah bersama Masyarakat

Pemerintah Kabupaten Pidie melalui Dinas Kesehatan setempat menyadari adanya tantangan besar dalam meningkatkan cakupan imunisasi, khususnya di Kecamatan Keumala dan daerah-daerah terpencil lainnya.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan Pidie, dr. Dwi Wijaya, mengidentifikasi beberapa faktor yang menghambat partisipasi masyarakat dalam program imunisasi.

Menurutnya, faktor ekonomi menjadi salah satu penghambat utama bagi banyak keluarga untuk mengakses layanan kesehatan, termasuk imunisasi. Biaya transportasi yang tinggi, terutama di daerah terpencil, menjadi kendala bagi orang tua untuk membawa anak-anak mereka ke fasilitas kesehatan.

“Kondisi ini diperparah oleh rendahnya pendapatan keluarga, yang sering kali membuat mereka harus memilih untuk tidak mengeluarkan biaya tambahan untuk layanan kesehatan lainnya.” Ungkap dr. Dwi saat wawancara dengan tim analisaaceh.com 18 September 2024 lalu.

Selain faktor ekonomi, rendahnya tingkat pendidikan sebagian orang tua juga menjadi penghambat. Banyak orang tua tidak memiliki pemahaman yang cukup mengenai pentingnya vaksinasi dan bagaimana imunisasi dapat melindungi anak-anak mereka dari penyakit berbahaya.

“Beberapa orang tua terpengaruh oleh mitos dan informasi yang salah mengenai vaksinasi, yang sering kali beredar luas di masyarakat”. Beber dr. Dwi.

Selain itu kata dr. Dwi, Faktor budaya juga menjadi tantangan yang signifikan. Beberapa kelompok masyarakat masih memegang teguh kepercayaan tradisional yang menolak imunisasi.

“Mereka percaya bahwa kesehatan dapat dijaga melalui cara-cara tradisional, dan vaksinasi tidak dianggap perlu. Dalam beberapa kasus, kepercayaan ini diwariskan dari generasi ke generasi, sehingga menyulitkan petugas kesehatan dalam memberikan edukasi tentang pentingnya imunisasi.” Ujarnya.

Selain itu, kondisi geografis yang sulit dijangkau serta infrastruktur yang kurang memadai di Kecamatan Keumala juga menambah tantangan bagi pemerintah dan petugas kesehatan dalam meningkatkan cakupan imunisasi.

“Banyak desa yang sulit diakses, membuat anak-anak di daerah tersebut tidak mendapatkan vaksinasi tepat waktu. Keterbatasan fasilitas kesehatan di daerah terpencil menjadi hambatan besar yang memerlukan solusi khusus.” Ujarnya.

Untuk mengatasi berbagai tantangan tersebut, pemerintah daerah telah mengambil beberapa langkah penting. Satu diantaranya dengan meningkatkan akses layanan kesehatan melalui pembangunan fasilitas kesehatan di daerah terpencil dan menyediakan layanan imunisasi mobile.

“Dengan adanya layanan imunisasi keliling, petugas kesehatan dapat menjangkau daerah yang sulit diakses dan memberikan vaksinasi di lokasi yang lebih dekat dengan masyarakat.” Ujarnya.

Selain itu, kampanye edukasi mengenai pentingnya imunisasi terus digalakkan oleh Dinas Kesehatan Pidie. Upaya ini dilakukan melalui kolaborasi dengan organisasi masyarakat, tokoh agama, dan petugas kesehatan, untuk menyebarluaskan informasi yang akurat mengenai manfaat imunisasi.

dr. Dwi Wijaya juga bilang pentingnya penyuluhan yang berkelanjutan untuk memberikan pemahaman yang lebih baik kepada masyarakat mengenai pentingnya imunisasi. Dengan pengetahuan dan informasi yang benar, diharapkan orang tua akan lebih terdorong untuk membawa anak-anak mereka divaksinasi, sehingga cakupan imunisasi dapat meningkat secara signifikan.

Selain itu kata dr. Dwi, Posyandu juga berperan penting sebagai pusat layanan kesehatan yang mudah diakses oleh masyarakat. Setiap Posyandu perlu dilengkapi dengan fasilitas yang memadai, seperti tempat penyimpanan vaksin yang sesuai dan area yang nyaman untuk melaksanakan imunisasi.

“Pemerintah juga melibatkan tokoh agama dalam sosialisasi mengenai imunisasi dari perspektif agama Islam, mengingat pengaruh besar tokoh agama dalam membentuk pandangan masyarakat.” Pungkasnya. (Adv)

Redaksi

Editor Analisaaceh.com

Komentar

Recent Posts

Lima Ruko di Gampong Lambheu, Aceh Besar Terbakar

Analisaaceh.com, Banda Aceh | Sebanyak lima ruko tempat usaha di Gampong Lambheu, Simpang Lampu Merah…

4 jam ago

Terima Aspirasi Masyarakat Trumon Raya, Abu Heri: Hal Ini akan jadi Prioritas Saya

Analisaaceh.com, Tapaktuan | Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) dari Fraksi Partai Aceh (PA), T.…

8 jam ago

KIP Lhokseumawe Sukses Gelar Debat Kedua Calon Wali Kota

Analisaaceh.com, Lhokseumawe | Komisi Independen Pemilihan (KIP) Lhokseumawe sukses menyelenggarakan debat kedua calon Wali Kota…

9 jam ago

Dispora Aceh Latih 100 Pemuda Jadi Entrepreneur Kreatif dan Inovatif

Analisaaceh.com, Lhokseumawe | Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Provinsi Aceh bekerja sama dengan Development for…

9 jam ago

96 dan 52 TPS di Aceh Berpotensi Intimidasi dan Kekerasan

Analisaaceh.com, Banda Aceh | Panitia Pengawasan Pemilihan Aceh (Panwaslih) Aceh memetakan potensi Tempat Pemungutan Suara…

11 jam ago

MPU Aceh Perbolehkan Pilih Kotak Suara Kosong

Analisaaceh.com, Banda Aceh | Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh telah mengeluarkan fatwa yang menyatakan bahwa…

11 jam ago