Analisaaceh.com | Jakarta – Insiden matinya listrik di Jakarta dan Jawa Barat pada Ahad Siang, (04/08/2019), merupakan tragedi ketidaksiapan pemerintah dalam membangun infrastruktur kelistrikan, buktinya layanan publik seperti MRT, KRL , ATM, layanan internet dan layanan publik lainnya lumpuh dalam waktu 10 jam lebih, kejadian ini sangat parah sejak tahun 2007, ujar pengamat Infrastruktur dan Pembina LPKAN (Lembaga Pengawas Kinerja Aparatur Negara) Wibisono,SH,MH. ketika berbincang dengan awak media Senin, (05/08/2019), di bilangan Kuningan Jakarta Selatan.
Menurutnya gangguan seperti ini merupakan risiko dari sistem interkoneksi yang digunakan PLN.
“Jalur transmisi itu seperti jalan tol, dia yang mengangkut listrik. Karena terjadi gangguan maka aliran daya dari timur ke barat mengalami gangguan juga, ini juga karena dampak dari pembangunan Infrastruktur yang tidak diimbangi sarana listrik yang memadai.” ungkapnya.
Karena ada gangguan, secara otomatis pembangkit-pembangkit itu mengalami trip sehingga pasokan daya berkurang, gangguan seperti ini tidak bisa diselesaikan dengan cepat. “Karena selain PLN harus membenahi atau memperbaiki jaringan transmisi yang tadi rusak, mereka juga harus secara bertahap menyalakan pembangkit-pembangkit yang trip itu.” paparnya
Sementara itu Direktur Utama PT. Kereta Commuter Indonesia (KCI), Wiwik Widayanti mengatakan bahwa ada 240 perjalanan KRL commuter line yang dibatalkan sejak hari Ahad siang.
“Sebagai gambaran, akhir pekan KRL normalnya dapat melayani sekitar 800.000 pengguna,” kata Wiwik dalam jumpa pers di Jakarta.
Mati listrik se-Jawa dan Bali juga mengakibatkan empat rangkaian kereta MRT Jakarta terhenti di stasiun bawah tanah. Pihak MRT melakukan evakuasi kepada para penumpang,” ini kan konyol, MRT tidak pake listrik cadangan (Genset), sangat memalukan,” tandas Wibi.
Wibisono juga menyesalkan adanya ketidaknyamanan dari masyarakat akibat padamnya listrik di sejumlah daerah Jabodetabek minggu kemarin. Pemerintah tak boleh acuh akibat kerugian yang dialami oleh masyarakat baik di usaha mikro atau makro.
Pengalaman dari negara lain seperti di Korsel, Menteri Ekonomi Korsel, Choi Joong-Kyung yang pernah mundur akibat listrik padam di negaranya tersebut.
“Menteri Choi mundur akibat terjadinya pemadaman listrik massal yang menyebabkan 2,1 juta rumah tangga berada dalam kegelapan hingga 1 jam. Sedangkan kejadian minggu kemarin ini berapa jam?, dan berapa juta masyarakat Indonesia Mengalami pemadaman listrik?,” tegas Wibi.
Sementara itu Sejumlah media asing menyoroti pemadaman listrik yang terjadi di Jakarta dan sekitarnya. Pemadaman listrik terjadi di seluruh wilayah Jabodetabek sejak Ahad pagi.
Kantor berita Inggris, Reuters dalam laporannya menulis “Indonesia capital, neighbouring provinces in Java hit by major power blackout” atau Ibu Kota Indonesia dan wilayah sekitarnya dihantam pemadam listrik.
Media asal Singapura, Channel News Asia juga turut menyoroti insiden pemadaman listrik skala besar ini, dengan mengangkat judul yang hampir sama dengan Reuters.
Sementara itu, media asal Rusia, Sputnik, mengangkat judul “Tens of Millions Affected as Massive Electricity Outage Hits Indonesian Capital Jakarta” dalam laporanya mengenai pemadaman ini, sangat memalukan kata Wibi.
LPKAN meminta Presiden Jokowi untuk segera mengevaluasi kinerja bawahannya terkait insiden pemadaman listrik yang terjadi Ahad kemarin.
“Ini bentuk kegagalan manajemen yang terjadi di PLN dan Kementerian terkait. Pak Jokowi harus segera tegas untuk mengevaluasi insiden matinya listrik tersebut,” tegasnya.
Selain itu, saya berharap kedepan tidak terjadi lagi kejadian mati listrik yang bisa mengganggu kenyamanan dan hak-hak masyarakat di Indonesia.
“Persoalan listrik harus segera diatasi, manajemen harus diperbaiki agar kedepan tidak terjadi lagi kejadian yang sama. Masyarakat pasti mengalami kerugian yang sangat besar,” pungkasnya. (fri)