ANALISAACEH.COM, ACEH BESAR | Saat bencana terjadi, keluarga perlu melakukan upaya untuk mengantisipasi kerusakan dokumen yang dianggap penting. Terkadang kerusakan dan bahkan kehilangan dokumen akan dialami keluarga yang tertimpa bencana.
Menurut Direktur Preservasi Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) Dr. Kandar, dokumen perlu untuk dijaga dengan baik. Dokumen yang dimaksud tersebut seperti akte perkawinan, akte kelahiran, kartu keluarga, sertifikat tanah dan ijazah. Di sisi lain, Kandar menyampaikan bahwa upaya antisipasi berupa restorasi arsip dapat dilakukan dengan beberapa cara, seperti digitalisasi.
Baca Juga : UNESCO Jadikan Arsip Bencana Tsunami Aceh Sebagai Memori Dunia
“Saat bencana, dokumen penting dapat saja rusak bahkan hilang. Akibat dari karakter jenis bencana seperti banjir, banjir bandang atau tsunami terkadang tidak dapat diantisipasi oleh keluarga karena datang secara tiba-tiba”, ungkap Kandar, saat memberikan materi Laraska pada peluncuran program Keluarga Tangguh Bencana pada Sabtu (7/12/2019) di Pasie Jantang, Aceh Besar, Aceh.
Sehubungan dengan restorasi arsip keluarga, ANRI memiliki layanan perlindungan secara gratis.
“Kalau ada arsip yang rusak, kami siap melayani untuk membantu dan melatih dalam melindungi arsip,” ujar
Laraska atau Layanan Restorasi Arsip Keluarga merupakan layanan gratis kepada masyarakat untuk merestorasi atau memperbaiki fisik arsip keluarga. Laraska dari ANRI ini selaras dengan program Keluarga Tangguh Bencana atau Katana yang peluncurannya dipusatkan di Pasie Jantang, Aceh Besar pada 6 – 8 Desember 2019.
Baca Juga : Pasie Jantang Lhong Jadi Lokasi Peluncuran Program Katana BNPN
“Dalam situasi bencana, tidak hanya manusianya yang perlu diselamatkan, tetapi juga dokumen penting yang melekat sebagai identitas setiap individu maupun sebuah keluarga,” jelasnya.
Katana tersebut merupakan bagian dari Desa Tangguh Bencana (Destana) dengan sasaran prioritas masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana. Program yang akan diimplementasikan pada tahun 2020 itu diharapkan mampu untuk meningkatkan keselamatan dan ketangguhan keluarga dalam menghadapi kemungkinan atau potensi bahaya.
Sementara itu, lanjut Kandar, kunci Katana adalah keterlibatan multi pihak atau kemitraan lintas sektor. Katana bukan milik BNPB tetapi program bersama baik di pemerintahan maupun pemangku kepentingan lain. Komponen untuk membangun keluarga yang tangguh menyasar pada tahapan kesadaran risiko bencana, pengetahuan, baik manajemen dan edukasi bencana, serta keberdayaan.
“Keberdayaan memiliki makna setiap individu maupun kita sebagai anggota keluarga mampu menyelamatkan diri sendiri, keluarga dan warga sekitar,” pungkasnya. (TSM)
Editor : Nafrizal