Cakupan Imunisasi di Provinsi Aceh Rendah, Butuh Dorongan Semua Pihak

Dialog Meningkatkan Minat Imunisasi Anak Usia Sekolah Melalui Kecakapan Komunikasi dan Kolaborasi Nakes, Guru, dan Anak Muda. Foto : Naszadayuna/analisaaceh.com

Analisaaceh.com, Banda Aceh | Selama sepuluh tahun terakhir, Provinsi Aceh terus mencatatkan cakupan imunisasi terendah di Indonesia, tertinggal dibandingkan provinsi-provinsi lain.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Provinsi Aceh, dr. Iman Murahman, menjelaskan bahwa rendahnya cakupan imunisasi ini telah menyebabkan wabah polio di Kabupaten Pidie dua tahun lalu, serta munculnya wabah penyakit lainnya.

Pernyataan ini disampaikan dalam dialog bertajuk “Meningkatkan Minat Imunisasi Anak Usia Sekolah Melalui Kecakapan Komunikasi dan Kolaborasi Nakes, Guru, dan Anak Muda,” yang berlangsung di Hotel Mekkah, Banda Aceh, pada Kamis (22/8/2024).

Menurut dr. Iman, tingkat kepercayaan masyarakat terhadap imunisasi masih belum sepenuhnya pulih seperti sepuluh tahun lalu.

“Kepercayaan masyarakat masih sulit ditingkatkan, tahun 2012, 2013 dan 2014, angkanya (imunisasi) bisa sampai 90 persen,” sebutnya.

Ia menuturkan, rendahnya imunisasi di Aceh juga sangat berkaitan dengan gizi. Selama imunisasi di Aceh tidak tinggi, maka selama itu pula gizi akan rendah.

Karena itu kata dia, perlu kerjasama semua pihak untuk dapat meningkatkan cakupan imunisasi di Aceh, terutama pelibatan ulama dan aneuk muda Aceh.

“Jangan sampai ada lagi anak yang menjadi korban penyakit Polio dan lainnya,” ujarnya.

Oleh karena, Portal Kesehatan Masyarakat (Portkesmas), didukung oleh UNICEF melalui inisiatif ‘Jaga Bersama’ menyelenggarakan Pelatihan Komunikator Kesehatan.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Provinsi Aceh, dr. Iman Murahman, M.KM, Sp.KKLP, menyambut positif inisiatif ini.

Sementara itu, Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Banda Aceh, Teuku Erwin Irham, SP.,M.Si, menekankan pentingnya peran guru dalam meningkatkan pengetahuan dan kesadaran murid tentang pentingnya imunisasi.

“Saat ini imunisasi MR diberikan di sekolah untuk cegah penyakit Campak dan Rubela, DT dan Td untuk cegah penyakit tetanus dan difteri, ada juga imunisasi HPV yang diberikan untuk cegah kanker serviks (leher rahim),” tegasnya.

Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Banda Aceh, H. Salman S.Pd, M.Ag, juga memberikan pandangannya tentang pentingnya peran penyuluh agama dalam edukasi masyarakat tentang imunisasi.

“Dalam konteks Aceh, penyuluh agama memiliki peran penting untuk meningkatkan kesadaran umat tentang pentingnya imunisasi. Dengan keterlibatan penyuluh agama, diharapkan penerimaan masyarakat tentang imunisasi dapat ditingkatkan,” kata Salman.

Andi Yoga Tama, Kepala Perwakilan UNICEF Aceh, menegaskan komitmen penuh UNICEF dalam memastikan hak setiap anak untuk tumbuh sehat, terlindungi dari berbagai penyakit berbahaya dan mencapai potensinya secara maksimal.

“Kolaborasi ini adalah bukti nyata komitmen kami. Upaya membangun kapasitas anak muda harus dimulai sejak dini karena mereka adalah generasi penerus yang akan melanjutkan perjuangan kita,” paparnya.

Direktur Eksekutif Portkesmas, dr. Basra Amru, menyampaikan keyakinannya tentang kekuatan kerja-kerja kolaborasi di masyarakat.

“Penting untuk dapat memfasilitasi terjalinnya kerjasama antara pemerintah, LSM, media, akademisi dan bahkan sektor swasta untuk penanganan masalah kesehatan masyarakat. Masalah ini terlalu besar dan terlalu penting untuk diatasi sendiri-sendiri,” ungkap Basra.

Komentar
Artikulli paraprakTuha Peut PA KPA Abdya Sebut Penolakan Jufri Hasanuddin Sebagai Bacalon Bupati Tidak Mendasar
Artikulli tjetërNonton Film dan Sinopsis Film 10 Minutes Gone