Surveilans PD3I Pidie Sukses Tekan Kasus Sejak 2023

Imunisasi rutin lengkap terhadap anak oleh petugas kesehatan di Kabupaten Pidie. Foto (dok. Dinkes Pidie).

Analisaaceh.com, Sigli | Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Pidie menjalankan program surveilans khusus untuk memantau Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I), seperti campak, difteri, pertusis, polio, tetanus, hepatitis B, dan rubella.

Pemantauan ini dilakukan melalui Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR) guna mendeteksi dini dan merespons potensi Kejadian Luar Biasa (KLB) yang bisa terjadi jika penyakit tersebut tidak segera ditangani.

Plt Kepala Dinas Kesehatan Pidie, dr. Dwi Wijaya, menyatakan bahwa tim surveilans terus bekerja secara intensif untuk memastikan penyakit-penyakit ini terpantau dengan baik.

“Program surveilans kami sangat efektif dalam merespons kasus-kasus PD3I di lapangan,” jelasnya saat di wawancarai tim analisaaceh.com pada Rabu 18 September 2024.

dr. Dwi menyebukan, tim surveilans memiliki peran penting dalam menemukan kasus sedini mungkin dan melakukan sosialisasi definisi operasional (DO) kepada masyarakat. Mereka juga aktif dalam penyelidikan epidemiologi, verifikasi kasus yang dilaporkan, serta pelaporan mingguan SKDR dari puskesmas dan rumah sakit setempat. Pemantauan secara rutin ini membantu menurunkan risiko penyebaran dan meminimalisir terjadinya KLB.

Menurut dr. Dwi, SKDR merupakan sistem pemantauan yang bertujuan untuk mengidentifikasi penyakit menular yang berpotensi menjadi wabah. Sistem ini memberikan peringatan dini kepada petugas kesehatan jika kasus yang ditemukan melebihi ambang batas yang telah ditetapkan.

“Dengan SKDR, kami dapat segera mengambil langkah pencegahan dan penanganan yang diperlukan sebelum penyakit menyebar lebih luas,” kata dr. Dwi.

SKDR diterapkan di semua tingkatan layanan kesehatan, mulai dari tingkat provinsi, kabupaten, hingga puskesmas dan rumah sakit. Dalam program ini, beberapa tahap dilakukan, termasuk identifikasi ancaman epidemiologi, konfirmasi diagnosis melalui pemeriksaan dokter dan laboratorium, serta pengelolaan data untuk menentukan respon yang tepat terhadap kasus yang ditemukan.

“SKDR memberikan kami informasi yang sangat berharga untuk menilai situasi dan mengambil tindakan yang tepat di lapangan, tim surveilans juga melibatkan masyarakat dalam pengawasan, sehingga mereka lebih sadar akan pentingnya melaporkan gejala-gejala penyakit PD3I” tambahnya.

Dinkes Pidie mencatat penurunan yang signifikan dalam jumlah kasus PD3I sejak tahun 2023. Menurut dr. Dwi, hasil ini menunjukkan keberhasilan upaya yang telah dilakukan, terutama dalam menangani lonjakan kasus campak yang sempat mencapai ribuan selama pandemi COVID-19 lalu.

“Sepanjang 2023 hingga pertengahan 2024, jumlah kasus menurun drastis. Ini adalah hasil positif dari program pemantauan intensif yang kami lakukan,” ungkapnya.

Untuk menjaga efektivitas program pemantauan ini, Dinkes Pidie terus memperkuat tim surveilans melalui berbagai pelatihan.

“Tim kami dibekali dengan keterampilan teknis mengenai program imunisasi, manajemen vaksin, dan analisis data. Kami ingin memastikan mereka mampu mengidentifikasi permasalahan dan menyusun strategi perbaikan yang tepat,” ujar dr. Dwi.

Selain pelatihan teknis, tim surveilans juga diajarkan keterampilan komunikasi yang efektif. Hal ini penting agar mereka dapat menjelaskan kepada masyarakat tentang pentingnya imunisasi dan cara melaporkan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) dengan cepat dan akurat.

“Mereka adalah ujung tombak dalam pencegahan dan pengendalian PD3I di daerah ini,” jelas dr. Dwi.

dr. Dwi berharap bahwa pemantauan oleh tim surveilans di Kabupaten Pidie dapat terus berjalan dengan baik, sesuai dengan standar kesehatan nasional.

“Kami ingin memastikan kesehatan masyarakat, terutama anak-anak, terlindungi melalui program imunisasi yang kuat,” ujarnya.

Ia juga mengimbau masyarakat untuk tidak ragu membawa anak-anak mereka ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan imunisasi.

“Mencegah jauh lebih mudah daripada mengobati. Penyakit yang sudah menyerang anak akan membutuhkan waktu panjang untuk sembuh dan dapat menimbulkan penderitaan yang berat. Karena itu, percayakan kesehatan anak-anak kepada tenaga kesehatan yang berkompeten,” tutupnya. (Adv)

Komentar
Artikulli paraprakIni Nama-nama 81 Anggota DPR Aceh Masa Jabatan 2024-2029