Kuliner Indatu Aceh “Sambai Oen Peugaga” Menu Sehat Berbuka Puasa

Sambal Daun Peugaga. Foto : Naszadayuna/analisaaceh.com

Analisaaceh.com | Ragam kuliner dengan cita rasa dapat kita temui di sepanjang jalan Garuda, Pulo Dibaroh, Kecamatan Baiturrahman Kota Banda Aceh, tepatnya kawasan Festival Ramadhan.

Banyak rekomendasi menu berbuka di bulan puasa ini, mulai dari makanan tradisional hingga modern, untuk makanan tradisional yang sebelumnya jarang ditemui kini mulai terlihat kembali dan dengan mudah kita dapati.

Makanan tradisional ini sebenarnya tidak ditinggalkan, hanya saja kemunculannya diwaktu-waktu tertentu, salah satunya seperti makanan unik dengan nama “Sambai Oen peugaga” yang mudah kita dapati hanya di bulan Ramadhan.

Makanan ini dianggap makanan tradisional yang unik lantaran bahan utamanya merupakan dedaunan yang berasal dari 44 jenis daun, pengolahannya juga terbilang sederhana sekali.

Sore hari, disepanjang jalan Tgk. Pulo Dibaroh, Kecamatan Baiturrahman Kota Banda Aceh, terdapat banyak jajanan untuk berbuka yang bisa kita temui, salah satunya Lambai Oen Peugaga tersebut.

Marlindawati (48) ibu asal Meuredu, Pidie Jaya merupakan salah satu pedagang yang menjual daun peugaga di daerah ini. Ia mengaku telah menjual makanan ini sejak 26 tahun yang lalu dan resep daun Peugaga ini didapatkannya juga dari ibunya, namun semenjak ibunya meninggal pada tahun 2004, ia lah yang menjadi penerus untuk menjual daun peugaga ini khusus di Bulan Ramadhan.

“Kakak sudah menjual ini sejak 25 Tahun yang lalu, lapaknya tetap sama, disini juga dari setiap bulan Ramadhan, ini kakak sewa 100 ribu untuk lapak aja dari orang Dinas Pasar,” ujarnya sambil membungkus pesanan pembeli.

Dalam sehari ia mengaku menghabiskan dua talam sambai daun peugaga yang dari hasil penjualan tersebut bisa mencapai Rp800 ribu perharinya. Sambil tetap membungkus pesanan pelanggan yang datang tak henti, ibu tiga anak menjelaskan lagi bahwa daun 44 macam yang ia jual ini terdiri dari daun tapak leman, daun peugaga, daun mengkudu dan daun hutan lainnya yang banyak khasiatnya.

Daun ini dibelikannya pada penjual di Pasar Almahirah, Lamdingin, Kota Banda Aceh yakni ditempat langganannya yang telah dipesan terlebih dahulu khusus untuk bulan puasa.

Untuk pengolahan daun ini pun sangat sederhana, tidak perlu memasaknya lagi, daun yang terdiri dari 44 macam ini dicincang sehingga halus dan tipis, saat dicicang daun peugaga ini dibalut terlebih dahulu dengan daun tapak leman dan mengkudu.

Kemudian baru dibuat bumbu lain secara terpisah yang terdiri dari kelapa gongseng, kacang tanah, kemiri, bawang merah, cabe, asam sunti yang kemudian menjadi bahan tambahan untuk ditabur dalam cicangan 44 daun tadi.

Cita rasa yang khas inilah yang menjadikan daun Peugaga ini diminati oleh banyak orang, bahkan katanya para pembeli disini merupakan pelanggan dari dulu disetiap Ramadhan, tak hanya dari kalangan orang tua yang datang membeli namun juga dari berbagai kalangan, namun umumnya yang meminati makanan ini sebagai besar adalah orang dewasa.

“mungkin karena daun ini hanya ada pas bulan puasa dan memang khas kan, tradisonal dari Aceh, makanya banyak yang minati, banyak khasiat juga karena dari daun yang pastinya akan sehat,” tuturnya.

Untuk harganya, dulu ia menjual dengan harga Rp5 ribu perbungkus, namun karena bahan pokok lainnya sudah mulai naik kini harga perbungkus Rp7 ribu.

Fara, pembeli daun Peugaga ini yang menjadi pelanggan dari bulan Ramadhan yang lalu mengatakan bahwa memang cita rasa lambai ini cocok untuk lidahnya yang menjadikan alasan ia kembali membeli ditempat ini.

Selain itu, Marlindawati juga menjual makanan lain seperti urap, mie caluk, sayur kates bahkan ie bu peudah yang juga salah satu bagian dari minuman khas Aceh dan terbuat dari 44 macam daun.

Komentar
Artikulli paraprakPolisi Amankan 11 Penjual dan 84 Botol Miras di Banda Aceh
Artikulli tjetërMAN 2 Aceh Utara Gelar Workshop Reporter Sekolah