Menghadapi Revolusi Industri 4.0, Ilmuwan dan Pakar Berkumpul di Sabang

Analisaaceh.com, Banda Aceh | Dalam rangka menghadapi revolusi industru 4.0, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Syiah Kuala (FISIP Unsyiah) menyelenggarakan Aceh Global Conference on Social, Communication, Government and Political Sciences (AGC SCOPOS). Sebuah gelaran perkumpulan akademisi dan pakar yang menjadi agenda rutin dari FISIP Unsyiah.

Hal tersebut sesuai dengan visi Universitas Syiah Kuala seperti yang disampaikan oleh Rektor Prof. Dr. H. Samsul Rizal, M.Eng pada acara wisuda Unsyiah (07/8) lalu, bahwa era ini akan bertumpu pada teknologi robotic, internet of thing, serta kecerdasan buatan (artificial intelligence), sehingga ratusan lapangan pekerjaan akan hilang atau minimal berkurang.

Dekan FISIP Unsyiah, Dr. Mahdi Syahbandir, S.H., M.H. beserta Ketua Panitia AGC sekaligus Wakil Dekan Bidang Akademik, Dr. Effendi Hasan, M.A. memberi catatan khusus kepada The 2nd Aceh Global Conference 2019 dengan mengangkat tema “The 4th Industrial Revolution Challenges and Issues on Social, Communication, Political and Governmental Aspects: Are We Prepared?”

“Perkembangan dan kemajuan zaman tidak bisa dilawan, harus dihadapi dengan persiapan dan strategi. Dalam forum ilmiah ini kita berharap para peserta peneliti dan pakar dapat memberikan kita solusi serta alternatif. Sehingga dunia akademis selalu dapat berkontribusi nyata dalam kehidupan masyarakat luas” tegas Mahdi Syahbandir.

The 2nd AGC-SCOPOS 2019 akan berlangsung pada tanggal 25-26 September di Pulau Sabang. Konferensi ini menghadirkan keynote speaker dari berbagai negara, antara lain, Assoc. Prof. Dr. Owen Podger (Universitas of Canberra, Australia), Dr. Siti Suraini Othman (Universitas Sains Islam Malaysia), Assoc Prof. Dr. AKM Ahsan Ullah (Brunei Darussalam), dan Prof. Dr. Sukree Langputeh (International Relation Fatoni University, Thailand), dan dari dalam negeri hadir Prof. Dr. Firman Noor, M.A Kepala Pusat Penelitian Politik LIPI, serta 100 peneliti dari seluruh Indonesia, termasuk peneliti dari Universitas Syiah Kuala dan Universitas lainya di Aceh

Pemilihan Pulau Sabang sebagai lokasi tuan rumah konferensi kali ini, punya pertimbangan filosofis tersendiri. Sesuai dengan pernyataan Ketua AGC SCOPOS Effendi Hasan, menunjukkan dukungan dan komitmen FISIP Unsyiah terhadap dunia pariwisata Aceh dan pengembangan potensi Kawasan Sabang.

“Konferensi internasional ini merupakan kegiatan tahunan yang menjadi agenda penting FISIP Unsyiah sebagai mercusuar peradaban masyarakat. Selain menjadi bagian komitmen kampus dalam kontribusi nyata untuk masyarakat, kegiatan ini juga menjadi sumbangsih keilmuan dari para peneliti yang hadir untuk Aceh, Indonesia dan Dunia” ujarnya.

Acara pembukaan AGC SCOPOS 2019 dibuka pada pagi Rabu 25 September bertempat di Aula Walikota Sabang, oleh Staff Ahli Muslimahyudin mewakili Walikota Sabanh dan Wakil Rektor Unsyiah Prof. Dr. Ir Marwan. Acara ini juga bisa terselenggara dengan baik karena dukungan sponsor seperti, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Kementerian Riset, Teknologi dan Perguruan Tinggi, Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang (BPKS), Pemerintah Kota Sabang, dan Bank Aceh.

Harapan yang lazim bagi setiap ajang musyarawah para pakar, output dan outcome yang dihasilkan adalah paparan hasil kajian dan penelitian dari berbagai isu dan tema oleh para akademisi dan profesional yang berkumpul dalam acara conference AGC-SCOPOS Ke-2.

Keseluruhan hasil buah pikir para peneliti tersebut setelah melalui proses review yang ketat, paper yang terpilih dan layak akan dipublikasikan di jurnal internasional bereputasi yang di index oleh Scopus dan Thomson Reuter.

Komentar
Artikulli paraprakUtang RI Terus Naik, Kemenkeu: Kita Akan Terus Pantau
Artikulli tjetërTanam Perdana Benih Padi Impari 32, Kelompok Ramat Tani Pernah Panen 12,8 Ton