ANALISAACEH.COM | China saat ini menjadi sorotan dunia karena wabah virus corona, terutama Kota Wuhan yang disebut-sebut menjadi sumber virus yang mematikan tersebut.
Menyikapi hal itu pada tanggal 23 Januari, pemerintah Tiongkok secara resmi menutup seluruh akses dari maupun ke kota Wuhan, bahkan transpotasi antar negera turut dihentikan.
Ketua Cakradonya (Himpunan Mahasiswa Aceh di Wuhan), T. Agusti Ramadhan saat dikonfirmasi Analisaaceh.com mengatakan, seluruh mahasiswa Aceh yang berada di Kota Wuhan saat ini masih aman dan tidak ada yang terjangkit virus corona. Namun dalam aktifitas tidak diperbolehkan untuk keluar dari kamar atau rumah.
“Alhamdulillah mahasiswa Aceh masih sehat dan aman sampai saat ini, kita berharap mahasiswa Aceh yang ada di sini baik-baik saja dan terhindar dari virus ini,” kata Agusti kepada Analisaaceh.com, Minggu (26/01/2020).
Agusti menjelaskan, aktifitas di Kota Wuhan saat ini memang dihentikan secara total, transportasi dari atau ke Kota Wuhan tidak ada sama sekali, begitu juga transportasi dari atau ke luar negeri juga tidak ada.
“Maka dari itu seluruh mahasiswa tidak ada yang bisa berpergian ke luar Kota Wuhan ataupun pulang ke Indonesia, karena semua transportasi saat ini sudah hentikan, kalaupun ada di sini cuma ada Taksi, kalau transportasi umum memang tidak ada sama sekali,” jelas mahasiswa Magister di Zhongnan asal Sabang ini.
Untuk saat ini, lanjutnya, pihaknya hanya berdiam di kamar sebagaimana himbauan dari pemerintah setempat, pun bila harus keluar maka diwajibkan menggunakan masker sebagai upaya pengamanan diri dari virus corona.
Baca Juga : Terkait Virus Corona, Pemerintah Aceh Gandeng Kemenlu RI dan KBRI
“Jadi kita dengan teman-teman lainnya hanya komunikasi dengan media sosial dan tidak bisa berjumpa langsung atau face to face, karena memang tidak memungkin untuk keluar, jadi kita hanya di asrama karena kampus pun saat ini sedang libur,” jelas Alumni FSH UIN Ar-Raniry ini.
Terkait wabah ini, Agusti berharap Pemerintah Aceh agar dapat memulangkan mahasiswa asal Aceh ke daerah, karena mengingat kondisi yang tidak memungkin untuk bertahan di Wuhan untuk sementara waktu ini.
“Kita berharap bisa dipulangkan, karena kalau kita pulang secara masing-masing juga tidak bisa karena transportasi dihentikan. Hal ini menginat kondisi Wuhan sudah tidak memungkin saat ini untuk bertahan. Selain terhambatnya aktivitas, juga tentunya ini berpengaruh dengan psikologi mahasiswa yang hanya berdiam di kamar,” pungkas Agusti Ramadhan.
Sementara itu, Direktur Pemuda Pelajar Indonesia se-Tiongkok Mulia Mardi menjelaskan, saat ini yang paling dibutuhkan oleh para mahasiswa Aceh yang berada di Wuhan adalah masker khusus dan makanan.
“Merebaknya virus corona di Wuhan berakibat pada menipisnya stok makanan dan masker khusus, saat ini harga makanan bahkan sudah naik hingga lima kali lipat dari harga biasa. Kenaikan ini dipicu oleh kondisi di Wuhan karena sedang masuk dalam musim dingin, ditambah lagi dengan merebaknya corona. Toko makanan yang buka sangat minim dan selalu terjadi antrian panjang karena toko tidak buka setiap saat,” ungkap Mulia yang juga masih menimba ilmu di salah satu Universitas di Wuhan.
Mulia menambahkan, sejak Desember 2019, otoritas setempat sudah mengeluarkan peringatan terkait merebaknya virus, namun saat itu peringatan yang dikeluarkan adalah virus sars. Di awal Januari 2020, otoritas di Wuhan mengeluarkan peringatan baru yang menjelaskan, bahwa virus yang merebak adalah virus corona.
“Saat ini ada sekitar 63 Mahasiswa Aceh di seluruh Tiongkok. 33 orang di antaranya berada di Wuhan. Namun sebahagian besar pulang atau memanfaatkan waktu liburan untuk mengunjungi daerah lain di Tiongkok”, ujarnya.
Mulia merupakan salah satu mahasiswa Aceh yang berada di luar Wuhan, saat kebijakan isolasi diberlakukan oleh otoritas setempat. Saat akan kembali ke Wuhan, otoritas setempat tidak memberi izin. Kejadian sebaliknya justru dialami oleh Safriadi dan Intan. Kedua pelajar asal Aceh ini berkuliah di wilayah Wing Cun. Namun saat kebijakan isolasi diberlakukan mereka sedang berkunjung ke Wuhan. Bersama 10 pelajar Aceh lainnya, saat ini keduanya berada di Wuhan.
“Saat ini teman-teman di sana sudah mengisolasi diri di kamar. Dengan stok makanan dan stok masker khusus yang terus berkurang. Di musim dingin, memang aktivitas luar ruangan selalu kami batasi, karena suhu berada di angka 8 hingga 4 derajat celcius,” pungkasnya.
Adapun mahasiswa Aceh yang berada di Wuhan yaitu:
1. Fadil – CCNU, Wuhan, asal Aceh Utara
2. Siti Mawaddah – Huda, Wuhan, asal Sigli
3. Alfi Rian – WUT, Wuhan, asal Aceh Utara
4. Ory Safwar – CCNU, Wuhan, asal Banda Aceh
5. Siti sahara – WHUT, Wuhan, asal Aceh Tenggara
6. Hayatul-HUST, Wuhan, asal Lhoksumawe
7. Maisal- HUST , Wuhan, asal Aceh Besar
8. Jihadullah -WHU, Wuhan, asal Banda Aceh
9. Ita Kurniawati- WHU, Wuhan, asal Nagan Raya
10. T Agus Ramadhan – Zhongnan, Wuhan, asal Sabang
11. Intan Maghfirah – JISU CC, asal Banda Aceh
12. Sapriadi – JISU CC, asal Meulaboh
Sedangkan Mahasiswa Aceh di Tiongkok (di luar Kota Wuhan) yaitu:
1. Muhammad Sahuddin-NNU Nanjing
2. Desi – CC Changchun
3. Yuliafitria- Nanchang University
4. Rizki Rinanda – Tianjin
5. Fiqhi Nahdhiah Makhmud – ZJNU, Jinhua
6. Putri Kumala Rizki Rani-Xuzhou, Jiangsu
7. Nadlia Ariyati- ZJNU, Jinhua, Zhejiang
8. Aisyah Protonia Tanjung- ZJNU, Jinhua, Hangzhou
9. Geunta- JISU-Changchun
10. Mirna – BIT – Beijing
11. Ulfi maulida- Beijing