Analisaaceh.com, Banda Aceh | Direktur Umum dan Keuangan PT. PEMA, Lukman Age, mengungkapkan potensi karbon Aceh saat ini sangat besar.
Pernyataan tersebut disampaikan dalam diskusi interaktif bertema “Karbon sebagai Potensi Ekonomi Aceh dan Strategi Pengelolaannya” yang digelar Jurnalis Ekonomi Aceh (JEA) pada Kamis, 1 Juli 2024.
Oleh karena itu, PT. PEMA menawarkan solusi konkret melalui proyek Arun Carbon Capture and Storage (CCS), yang berpotensi menjadi CCS terbesar di Asia. Proyek ini bertujuan untuk menangkap dan menyimpan CO2, sehingga mengurangi emisi gas rumah kaca.
“Kemudian untuk Karbon hutan, sudah kita bentuk tim untuk hutan sosial, hutan desa, sebagai upaya untuk bisnis karbon,” ujarnya dihadapan puluhan peserta Talkshow.
Selain itu, PT. PEMA juga tengah mengembangkan bisnis karbon berbasis hutan. Melalui inisiatif hutan sosial dan hutan desa, perusahaan ini berupaya melibatkan masyarakat dalam pengelolaan hutan secara berkelanjutan dan mendapatkan manfaat ekonomi dari karbon yang tersimpan di hutan.
Lukman menyebutkan bahwa PT PEMA sudah melakukan kerjasama dengan Pemerintah Kota Langsa untuk mengelola hutan bakau. Kolaborasi tersebut dilakukan untuk mewujudkan sumber pendapatan Aceh masa depan dari karbon.
Subkoordinator Inventarisasi dan Perencanaan Hutan, Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Aceh (DLHK) Dedek Hadi Ismanto, dalam kesempatan ini menyampaikan, hutan Aceh memiliki peran penting dalam penyimpanan karbon global.
Namun, permintaan yang tinggi terhadap hasil hutan menjadi ancaman bagi kelestarian hutan dan potensi karbonnya.
Acara yang juga menghadirkan perwakilan Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Aceh (DLHK) dan Pusat Riset Perubahan Iklim Universitas Syiah Kuala (USK) ini menyoroti potensi besar karbon di Aceh serta tantangan dalam pengelolaannya.
Sedangkan perwakilan Pusat Riset Perubahan Iklim Universitas Syiah Kuala (USK), Mona Lisa menjelaskan pentingnya riset dalam memahami dampak perubahan iklim dan mencari solusi berbasis sains.
Salah satu fokus riset adalah pada emisi karbon, yaitu proses pelepasan karbon dari hutan ke atmosfer.
Tim peneliti USK telah melakukan berbagai studi, termasuk dampak perubahan iklim terhadap produktivitas padi dan potensi pembayaran karbon sebagai solusi.
“Yaitu banyak karbon yaitu emisi karbon, pelepasan karbon yang tersimpan di pohon ke udara, seperti untuk bahan bakar fosil nah ini akan berdampak ketika terlepas ke udara semakin banyak, dan sudah tidak terkendalikan penggunaan,” katanya.
Sehingga proses ini dapat berdampak pada lingkungan hidup, hingga menciptakan ketidakstabilan ekonomi, dan juga kesehatan manusia.
“Kita sudah melakukan riset dampak perubahan iklim dari produktivitas padi, faktornya yaitu dengan diberikan solusi dengan pembayaran karbon tadi,” lanjutnya.