Ramadhan di Belanda, Warga Aceh Ceritakan Tarawih Hingga 36 Rakaat

Sufrisa, warga Aceh yang tinggal di Belanda. Foto : ist

Analisaaceh.com, Banda Aceh | Negara Belanda saat ini tengah berada di akhir musim dingin atau peralihan ke musim semi. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi umat muslim yang berpuasa di negara tersebut.

Salah satu Warga Negara Indonesia (WNI) asal Peukan Bada, Aceh Besar, Sufrisa (28) yang saat ini tinggal dan telah bekerja di Belanda menceritakan pengalamannya selama berpuasa disana.

Katanya, bulan Maret 2024 ini sudah memasuki akhir musim dingin yang durasi puasa yang relatif lebih lama, yakni antara 14 hingga 17 jam.

Selain itu, karena negara Belanda merupakan negara yang mayoritas bukan muslim, tentu saja harus beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya.

“Jadi kalau berpuasa disini itu, kita liatin orang-orang yang pada makan semua, lah kitanya puasa, ya mungkin ini tantangan juga ya,” katanya saat diwawancarai analisaaceh.com, Senin (25/3/2024).

Untuk suasana Ramadhan, akan terasa disaat umat muslim datang ke Masjid sekitar yang mengadakan acara buka puasa, dan juga Khutbah setiap minggunya.

“Di kota saya ada dua Masjid, satu punya orang-orang Turki, satu lagi kalau tidak salah punya orang Moroko, kedua mesjid ada acara dan khutbah setiap minggunya,” ujarnya.

Masjid disana juga bisanya mengadakan buka puasa bersama, namun hanya acara kecil-kecilan, yang dilakukan oleh komunitas tertentu.

“Masjid tadi mereka bukan Mazhab Syafi’i kalau tidak salah, jadi tarawihnya ada yang 36 rakaat, tapi yang 20 juga bisa, nanti lanjut salat Witir sendiri di rumah,” ceritanya.

Uniknya, ia menceritakan bahwa Masjid yang mayoritas orang Turki disana tidak ada perempuan yang melaksanakan salat tarawih maupun Hari Raya.

“Kalau Masjid di Turki itu mereka tidak ada perempuan yang salat baik tarawih atau hari raya, hanya laki-laki saja, gak tau kenapa,” ceritanya.

Ia juga menambahkan bahwa nilai toleransi di Negara Belanda juga telah diterapkan, misalnya ada beberapa tempat kerja yang menyediakan Parsel Ramadhan khusus buat karyawan muslim.

Disisi lain, ia juga sangat merindukan suasana berbuka puasa di Aceh, seperti kebiasaan berburu takjil di sore hari, buka puasa bersama, tarawih bersama dan suara Sirene saat sahur dan berbuka yang jelas tidak akan terdengar di Negara Belanda.

“Oleh karena itu, hidangan buka puasanya sendiri saya selalu sediain kurma, nasi dan masak makanan Aceh atau Indonesia pastinya,” tutupnya.

Komentar
Artikulli paraprakBI Siapkan Rp 3 Miliar Uang Pecahan Kecil Perhari, Masyarakat Bisa Tukar di Taman Budaya Aceh
Artikulli tjetërMiliki Sabu, Seorang Pria di Aceh Selatan Ditangkap Polisi