Senja Bersamamu

“Iya aku tau itu, apakah kamu Haikal tidak punya perasaan kepada Fania, setelah persahabatan yang begitu lama kalian jalin bersama-sama?”, tanya Bunga yang membuat aku sontak.

“Haikal, Fania mencintaimu, kenapa kamu tidak paham akan itu?”, ucapnya.
“Tapi, yang aku cinta kamu. Bukannya Fania?”, jawabku yang mencoba meluahkan semua perasaanku pada Bunga.
“Haikal, kamu belum sepenuhnya menyukaiku, apa yang kamu rasakan sekarang adalah hanya perasaan suka saja, bukan cinta.”
“Ketika kita bisa bersama dengan seseorang dalam waktu lama, itulah cinta yang sesungguhnya Haikal.” ucap Bunga.

Senja akhirnya datang, walaupun yang aku inginkan tidak terjadi saat berkunjung ke rumah Bunga, bahkan malah membuatku galau. Akhirnya aku pulang, sebelum malam sempurna datang.

Keesokan sorenya aku ke pantai dekat rumahku. Pantai di mana aku sering menikmati senja bersama Fania.
“Merahnya senja masih sama seperti dulu ya Haikal”, suara yang jelas terdengar di belakangku.
“Fania?”
“Iya ini aku Fania, sahabat kecilmu. Lama ya kita tidak ke sini lagi, aku sangat rindu suasana di sini. Di mana hanya ada aku, kamu, dan senja”.

“Haikal, apakah kamu tau?, aku cemburu melihatmu dan kedekatanmu dengan Bunga. Aku sempat berfikir kalau kalian telah menjalin hubungan. Ternyata aku salah kalian hanya sebatas teman”, celetuk Fania sambil menatap mentari yang mulai bersembunyi.

“Aku sangatlah kesepian Fania, semenjak kamu menjauhiku, aku merasakan kehilangan. Cuma kamu temanku, teman yang setia. Bahkan disaat kamu mencintaiku, aku tidak menyadarinya. Maafkan aku Fania, aku telah menyakiti perasaanmu”. Ucapku dengan penuh rasa penyesalan yang teramat dalam”.

“Haikal, apakah kamu ingat sudah berapa lama kita berteman?”, tanya Fania.
“Sekitar dua puluh tahun Fan”, jawabku.
“Selama itu kita hanya berteman. Apakah kamu tau, sehari saja aku tidak bertemu dengamu, yang aku rasa adalah Kehilangan”, ucap Fania
“Haikal, apakah selama itu kita kenal tidak bisa kita jadikan alasan untuk kita saling memiliki?”, tanya Fania yang mulai menatapku.

“Fania, aku sadar. Selama kamu menjauhiku, aku merasakan kehilangan, ternyata aku mencintaimu. Aku tidak bisa tanpamu Fan. Maafkan aku yang telah membuatmu kecewa karena ulahku”, ucapku.

Kali ini sangatlah berbeda, Senja jatuh dengan sempurna, sesempurna seperti kebahagiaan yang tengah aku rasakan. Sudah lama aku tidak menikmati senja bersama Fania. Dan kini, kami berdua bersama-sama menikmati senja yang jatuh secara perlahan. Hingga malam sempurna menyapa.

Editor : Nafrizal

Komentar
1
2
3
Artikulli paraprakMemeluk Leuser
Artikulli tjetërLanal Simeulue dan KBSG Bangun Rumah Anak Yatim Piatu