AMANDEL: Operasi atau tidak, ya?

R.Milda Siregar (Foto/Ist)

Sebelum mulai membaca, ketahuilah, saya bukanlah dokter ahli THT, melainkan seorang ibu biasa yang anaknya baru-baru menjalani prosedur “pembuangan” tonsil—sebutan lain untuk amandel. Mengapa akhirnya saya menulis tentang ini? Jawabannya sudah bisa ditebak, ada banyak yang menghubungi ke jaringan pribadi saya untuk memperoleh informasi yang berhubungan dengan pengalaman ini setelah saya mem-posting keadaan si anak yang terlihat ceria sambil menyantap es krim yang yummy usai operasi.

Saya sendiri tidak pernah berpikir bahwa anak saya akan menjalani operasi amandel. Semua berawal dari permasalahan “mengorok” dan ”sulit bernapas”-nya putri saya yang berumur 9 tahun itu. Semua berkata dia alergi, terlalu banyak jajan, tidak pantang makanan/minuman yang membuatnya alergi. Tentu saja, setiap anak mempunyai pertahanan tubuh masing-masing yang menonjol. Ada yang langsung menunjukkan ciri-ciri alergi seperti gatal-gatal, batuk, dan lebih parah sulit bernapas, hingga mengakibatkan kematian. Bagi anak saya, yang diserang lebih dahulu adalah amandelnya.

Sejak masih bayi, ketika tidur, anak saya selalu mengorok. Awalnya, suaranya kecil saja, seiring dengan pertambahan usia, suara mengorok itu kian besar. Kadang, ia terkejut dalam tidurnya, menarik napas dalam, dan tertidur kembali. Saya mulai melihat ia tersiksa dengan kondisi itu. Namun, biasanya, dokter memberikan dia antibiotik dan ia sembuh, walaupun tidak berhenti mengorok.

Beberapa bulan sebelum memutuskan operasi amandel, suara mengoroknya semakin parah. Ia sepertinya kesulitan mendapatkan udara selama tidur. Mulutnya terbuka, sedangkan cuping hidungnya mengembang untuk menggapai udara yang tidak cukup masuk ke paru-paru. Dadanya naik turun. Ia tidur tak nyenyak karena sesekali terbangun paksa oleh kebutuhan akan udara.

Saya membawa si anak untuk dicek oleh tidak lagi dokter spesialis anak, melainkan spesialis THT. Dari beberapa dokter yang kami datangi, mereka berkata hal yang sama, operasi menjadi satu-satunya jalan sebagai solusi. Kurangnya asupan oksigen bagi seorang anak dalam masa pertumbuhan akan menyebabkan kantuk berlebihan, tertinggal pelajaran, kurang semangat dalam kegiatan fisik, dan yang paling parah adalah sudden death yaitu kondisi seseorang dapat saja meninggal secara  mendadak ketika tidur akibat tubuh “gagal atau terlupa” untuk membangunkan si pemilik tubuh untuk mengambil udara. Semua alasan itu ciri-cirinya ada pada anak saya.

Setelah berdiskusi dengan ayahnya, kami sampaikan apa yang dikatakan dokter itu kepada si anak yang tentu saja sudah lebih dahulu mendengar obrolan saya dengan dokter-dokter yang kami kunjungi. Ia pun kami beri kesempatan untuk mempertimbangkan apa yang disampaikan dokter sesuai dengan bahasa dan pemahamannya. Namun, selama masa mempertimbangkan opsi operasi itu, kami tetap mengusahakan jalan lain/alternatif pengobatan baginya. Hingga suatu kali, si anak bertanya dengan lantang, kapan aku dioperasi? Rupanya, ia sudah tak sanggup merasa sulit bernapas selalu.

Ketika memperoleh kepastian akan kesanggupan dan kesediaan dirinya, kami beranikan diri untuk berkonsultasi lebih dalam dengan ahli THT tersebut. Di sinilah, kami memutuskan untuk si anak menjalankan operasi amandel yang sudah lama ditunggunya. Persiapan operasi pun dijalani. Ia ditimbang, diambil darah, difoto thorax, diinfus dan menjalani beberapa prosedur standar lainnya. Operasi berlangsung sekitar satu sampai dua jam. Ketika si anak siuman, saya diperbolehkan menemaninya di ruang pemulihan. Dan, yang pertama kali ia katakan adalah mana es krim-ku? Membuat saya ingin menangis sekaligus tertawa.

Operasi berjalan lancar dengan beberapa catatan juga. Anak saya mengalami kenaikan suhu tubuh walau secara medis masih tidak dikategorikan “demam” dan merasakan denyut telinga yang sangat mengganggu. Meskipun akhirnya berhasil makan es krim yang selalu dimintanya setelah 4 jam usai operasi, tetapi ia terpaksa memuntahkan semuanya kembali hanya selang beberapa menit. Anak saya juga mengeluarkan lendir darah dari mulutnya sebagai sisa pendarahan usai prosedur pemotongan tonsil.

Operasi tonsil memang dikategorikan operasi kecil di dalam ilmu medis. Biasanya dilakukan ketika pengobatan dengan antiradang/antibiotik tidak lagi membuahkan hasil. Amandel ini bukanlah sebuah organ tubuh yang berfungsi amat penting sehingga ketika dibuang akan mengganggu fungsi tubuh lainnya. Amandel yang meradang justru menjadi penyebab si anak gampang menjadi sakit yang ditandai dengan demam tinggi akibat radang.

Sebagai ibu dengan anak yang harus menjalani prosedur ini, saya menyarankan agar setiap orang tua menyampaikan secara gamblang apa yang terjadi selama operasi dan apa yang akan terjadi setelah operasi—mual, muntah, mengeluarkan lendir berdarah, sedikit susah bernapas, perasaan tidak nyaman di mulut selama beberapa jam setelah operasi atau bahkan bisa seharian. Pastikan si anak benar-benar siap mental agar mereka dapat disugesti untuk menenangkan diri yang panik dengan kondisi usai operasi.

Selain itu, persiapan lainnya adalah stok es krim, susu sesuai selera anak. Empat jam usai operasi, anak sudah bisa diberikan minuman yang dingin dan es krim. Dokter akan mengingatkan kembali untuk menyiapkan makanan dan minuman ini. Bawa termos sendiri atau menyimpan stoknya di lemari pendingin rumah sakit dapat menjadi alternatif bila kita bukan pasien VIP. Selama makanan dan minuman itu tidak hangat, pedas, bertekstur keras, maka makanan dan minuman itu aman untuk dikonsumsi segera setelah empat jam usai operasi. Bila ada makanan keras yang ia ingin makan, pastikan ia mengunyahnya sampai cukup halus untuk ditelan. Siapkan juga es batu untuk mengompres lehernya (balut dengan tisu basah dan letakkan di leher), bila kerongkongannya mulai terlihat berwarna putih seperti orang sedang sariawan, itu adalah tanda yang baik yang berarti fase penyembuhan telah dimulai.

Penulis adalah : Seorang perempuan asal Aceh yang menggeluti dunia pendidikan dan penerbitan. Penyuka sains dan sastra ini menjalani kesehariannya sebagai dosen, konsultan menulis, dan editor. FB: Armielda Rayya, WA: 082294100098 

Komentar
Artikulli paraprakPabrik Pengolahan CPO PT. Sinar Mas Terbakar
Artikulli tjetërMencintai Negeri ini