Analisaaceh.com, Jantho | Tokoh Budayawan Aceh, Tarmizi Abdul Hamid, mengapresiasi adanya pembangunan terowongan (underpass) yang akan dibangun sebagai lalu lintas gajah (Po Meurah, sebutan orang Aceh untuk gajah) pada pembangunan jalan tol Sigli-Banda Aceh (Sibanceh) sepanjang 74 km.
Hal tersebut disampaikan Tarmizi usai menelusuri rute tol Indrapuri sampai ke Lamtamot, Aceh besar beberapa hari lalu.
Kolektor manuskrip Aceh ini juga menemui masyarakat desa terutama disekitar Lamtamot untuk menanyakan beberapa hal menyangkut adat dan kebudayaan yang berdampak langsung dengan pembangunan proyek strategi nasional tersebut.
Mantan Pengurus Majelis Adat Aceh ini lebih lanjut memaparkan, bahwa dalam pembangunan jalan tol tersebut pihak pemilik proyek dalam hal ini PT. Hutama Karya (Haka) dan Pelaksana Proyek PT. Adhi Karya telah menunjukkan keberhasilan dalam memahami sosial budaya dan kepentingan masyarakat yang sesuai dengan kaedah dan kearifan Aceh sendiri.
Menurutnya ini perlu dicontohkan kepada investor-investor lainnya yang akan membangun Aceh ke depan.
“Hampir semua masyarakat yang saya ajak berdiskusi di lapangan tentang dampak pengerjaan jalan tol pertama di Aceh ini menunjukkan tanggapan atau hasil yang positif untuk pembangunan underpass,” kata Tarmizi yang kerap disapa Cek Midi, Jum’at (4/9/2020).
Cek Midi menjelaskan, keberadaan underpass bagi jalur lintas gajah bukan hanya ada di Aceh tetapi ada juga di bagian Sumatra lain yakni di Pekanbaru-Dumai. Sementara itu lokasi jalur gajah tersebut dibangun pada kawasan lintasannya selama ini, yaitu di seksi 1 Padang Tiji-Lembah Seulawah.
Kemudian, Tarmizi menilai urgensi yang dapat dilihat dari pembangunan underpass ini, gajah merupakan hewan langka yang dilindungi oleh undang-undang. Kemudian pada masa kesultanan, gajah menjadi simbol keagungan, simbol kebesaran aceh, penduduk pribumi Aceh, gajah sangat di hormati sehingga dalam berbagai seremonial upacara kenegaraan gajah sering di abadikan, terutama upacara adat, upacara militer.
Lanjutnya, hingga penghormatan militer terhadap gajah sampai zaman sekarang ini masih terus diabadikan pada Instansi militer Komando Daerah Militer (Kodam) Iskandar Muda yang logonya digunakan binatang gajah berwarna putih.
“Ini adalah suatu perjalanan panjang keterlibatan gajah atas segala jasa sebagai kendaraan transportasi perang di Aceh pada era lampau, maka banyak orang Aceh memanggil gajah dengan nama (laqab) diantaranya, Po Meurah, Tungku di Malem, dan sebagainya,” jelas Cek Midi.
Selain itu, urgensi selanjutnya terhadap pembangunan underpass tersebut yakni untuk melindungi habitat gajah itu sendiri, dalam artian pembangunan jalan tol tersebut bukan hanya memiliki kepentingan bagi manusia tetapi juga bagi kepentingan alam agar tidak terganggu ekosistem mamalia tersebut.
“Jika ini tidak dilakukan maka jalan tol tersebut akan rusak, bisa jadi akan diganggu oleh gajah dengan berbagai macam cara,” ujarnya.
Ia menambahkan, Itulah banyak yang terjadi hari ini adanya konflik gajah dengan manusia disebabkan gajah sudah menganggap manusia sebagai musuh bukan lagi kawan. Karena, habitatnya diganggu, gadingnya diburu bahkan banyak juga yang dibunuh.
“Dengan dibangunnya underpass itu, kita memberikan apresiasi kepada mereka, berarti mereka menghargai sistem kearifan lokal di Aceh yang sangat diuntungkan,” sebut Cek Midi.
Oleh karena itu, sambung Tarmizi, perusahaan yang sudah berempati untuk melakukan pembangunan underpass itu sudah memberikan penghormatan kepada adat dan budaya serta khazanah yang ada di Aceh. Apalagi Aceh merupakan daerah khusus dengan adanya syariat Islam dan kewenangan khusus lainnya.
“Para kontraktor pengerjaan proyek ini sangat mengerti dan sangat memahami dengan cepat menyesuaikan kehidupan adat dan budaya serta sosial masyarakat dalam waktu sesingkatnya,” pungkas Cek Midi.
Seperti diberitakan sebelumnya, mega proyek insfrastruktur Highway (Tol) Sibanceh sepanjang 74 Km terus dipacu, sehingga target penyelesaian Tol pertama di Aceh dapat selesai pada tahun 2021 yang akan datang.
Tol Sibanceh sepanjang 74 Km ini memiliki 6 rute seksi. Salah satunya rute seksi Indrapuri-Blang Bintang sepanjang 14,7 km, yang sudah selesai dan telah diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo pada tanggal 22 Agustus lalu dan sudah mulai digunakan oleh masyarakat.
Analisaaceh.com, Banda Aceh | Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) resmi membentuk susunan keanggotaan alat kelengkapan…
Analisaaceh.com, Meuredue | Penyidik Subdit Tipidter Ditreskrimsus Polda Aceh menyerahkan dua tersangka kasus illegal logging…
Analisaaceh.com, Banda Aceh | Tim Pemenangan Pasangan Calon (Paslon) Gubernur nomor urut 01, Bustami Hamzah…
Analisaaceh.com, Suka Makmue | Satreskrim Polres Nagan Raya menangkap MS (53), terduga pelaku penembakan warga…
Analisaaceh.com, Lhokseumawe | Atlit tunggal putri SMPN 1 Lhokseumawe akan menantang atlit SMPN 1 Arun…
Analisaaceh.com, Banda Aceh | Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA), Zulfadli, secara resmi melantik dan…
Komentar