KPA Luar Negeri Ingatkan Panglima TNI Tidak Buat Kegaduhan Terkait Aceh 

MoU Helsinki merujuk pada nota kesepahaman antara Pemerintah Republik Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang ditandatangani di Helsinki, Finlandia pada 15 Agustus 2005. (Foto: Wikipedia)

Analisaaceh.com, Lhokseumawe | Ketua Komite Peralihan Aceh (KPA) Perwakilan Luar Negeri, Teuku Emi Syamsyumi atau yang lebih akrab disapa Abu Salam mengingatkan Panglima TNI tidak membuat kegaduhan terkait Aceh. Panglima TNI diminta tetap duduk dan siaga dalam porsinya sebagaimana diamanatkan negara.

Pernyataan ini disampaikan KPA Perwakilan Luar Negeri melalui siaran pers yang dikirim ke redaksi dari Perth, Australia, Sabtu (23/4/24).

“Kami sangat tidak sependapat atas sikap pernyataan sepihak panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto, dalam menyikapi persoalan kondisi Aceh saat ini pasca perdamaian Aceh dan Indonesia,” ujar Abu Salam mengawali pernyataan sikapnya.

Ketua KPA Perwakilan Luar Negeri, Teuku Emi Syamsyumi alias Abu Salam. Foto tangkapan layar diambil pada akun Tiktok ‘abusalam’

Dia mengingatkan, penandatanganan nota kesepahaman antara pemerintah Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) pada 15 Agustus 2005 di Helsinky itu menandai berakhirnya perang sipil selama tiga dekade di Aceh.

Nota kesepahaman itu melahirkan kesepakatan untuk berdamai secara hakiki. Dalam butir turunan kesepakatan itu kedua pihak juga bersepakat Aceh berhak memiliki partai lokal yang notabenya untuk pemilihan pimpinan dan perwakilan di daerah.

“Seharusnya Jenderal TNI tidak boleh membuat kegaduhan lagi di Aceh, dan kita tahu siapa yang selalu membuat kegaduhan di Aceh. Namun sikap kami sebagai GAM yang sudah sepakat untuk mentaati perdamain ini selalu menahan diri dan tidak terpancing dengan keadaan selama ini. Kami selalu fokus dalam pembangunan dan mensejahterakan rakyat aceh selepas merasakan penderitaan hampir tiga dekade pasca konfik dan tsunami,” ungkap Abu Salam.

Sementara dengan keberadaan partai lokal yang disinyalir oleh panglima TNI dalam pernyataannya di depan Komisi I DPR RI berpotensi menimbulkan kegaduhan, itu sangat berlebihan dan menyakitkan. Partai Aceh, kata Abu Salam, saat ini sedang mencoba memperbaiki keadaan, walaupun jatuh bangun untuk mengambil hati rakyat untuk diwakili suara mereka di parlemen Aceh.

“Kami kira persoalan Aceh saat ini, TNI/Polri harus legowo dan mensyukuri apa yang telah terjadi saat ini. Janganlah membuat kegaduhan baru di Aceh. Apa yang sudah kita rasakan saat ini, harus disyukuri bersama-sama. Rakyat Aceh tidak lagi dalam ketakutan, TNI/Polri tidak lagi dalam kesiagaan tingkat satu seperti jaman konflik dulu,” ujar pria yang bermukim di negara kanguru ini.

Ketua KPA luar negeri, sebut Abu Salam, memantau terus keaadaan Aceh saat ini. Baik TNI maupun Polri, kata dia, duduk dan tetap siaga dengan porsi yang ditugaskan dan diamanatkan oleh negara.

“Jangan terlalu jauh masuk ke ranah yang tidak perlu dan bisa membuat kegaduhan di Aceh. Kami tidak akan segan-segan membawa persoalan ini ke tingkat international bila pihak pusat terus membuat kegaduhan atau klaim sepihak soal persoalan Aceh,” demikian Abu Salam.

Editor : Riza Mirza
Rubrik : NEWS
Komentar
Artikulli paraprakSeorang Remaja Tenggelam di Krueng Aceh, Korban Belum Ditemukan
Artikulli tjetërBI Siapkan Rp 3 Miliar Uang Pecahan Kecil Perhari, Masyarakat Bisa Tukar di Taman Budaya Aceh